4. DEA-O

2.1K 207 27
                                    

Hari sudah mulai larut malam. Aku baru saja sampai dirumah dengan membawa makanan kesukaan mama, yaitu Nasi goreng seafood

Aku membuka daun pintu sambil berucap, "Assalamualaikum mama,"

"Mama... Dea bawa makanan kesukaan mama nih,"

"Mama?" panggilku lagi sembari berjalan kearah kamar mama.

Saat aku baru saja membuka daun pintu kamar mama, Aku melihat sesuatu yang membuatku merasa dunia berhenti sejenak. Pasokan udara seperti sangat tipis membuatku susah untuk bernafas.

Bagaimana tidak? Jika yang aku lihat saat ini adalah mama yang tengah berdiri diatas kursi plastik. Memegang kerudung pashmina yang sudah akan siap ia tali dilehernya.

Aku berlari dan menarik tangan mama sampai ia terjatuh dan duduk disampingku. Aku memeluknya dengan erat, kejadian itu hampir terjadi lagi. Aku sudah tak bisa menahan semuanya, tanpa aku sadari butiran air bening turun dengan deras.

"Mama jangan gitu lagi. Mama itu alasan Dea buat banting tulang mencari uang. Mama alasan Dea kuat buat menjalani semua. Mama juga menjadi alasan Dea untuk bertahan. Mama itu dunia Dea," ucapku serak. .

Mama membalas pelukan ku tak kalah erat. Pelukan yang sudah sangat jarang ia beri padaku. Pundakku terasa basah, aku tahu jika mamaku juga tengah menangis tanpa suara.

"Maafin mama nak, mama cuma bisa nyusahin Dea. Sayang sekali ayahmu tak bisa melihat anaknya yang dulu sangat manja menjadi orang yang sangat kuat dan mandiri. Mama sayang kamu De, Kamu harta mama satu-satunya." ucapnya yang membuat tangisku semakin deras.

"Ayahmu jahat sekali, De. Mengapa dia tega membuang kita seperti ini? Mengapa dia mengkhianati cinta mama? Mengapa dia merusak keluarga kecilnya dengan perbuatannya sendiri?" racau mama.

Malam itu menjadi malam seperti malam yang sebelumnya. Selalu ada air mata. Air mata yang diakibatkan oleh rasa sesak yang ada didada.

Tuhan,,, Aku berharap semoga badai ini segera berlalu, rasa sakit ini segera reda dan engkau gantikan dengan rasa bahagia yang tiada tara.

***

Hari ini aku tak lagi berada di taman melainkan saat ini aku berada di perpustakaan, mencari referensi buku untuk melengkapi tugas.

Setelah berkeliling cukup lama, akhirnya aku menemukan buku yang aku cari, sialnya buku itu berada dibaris rak teratas membuatku kesusahan untuk mengambilnya.

Aku mencoba melompat untuk mengambil buku, tetapi tetap saja tak sampai. Aku berinisiatif untuk meminta pertolongan penjaga perpus. Namun saat aku hendak berbalik, hidungku menabrak sesuatu yang keras. Sesuatu yang keras itu adalah dada seseorang. Aku seketika mendongak untuk melihatnya dan ternyata orang itu adalah Deo. Ia mengambil buku yang berada dibaris rak teratas tersebut dan memberikannya padaku.

"Terima kasih," ucapku.

Tanpa menunggu jawabannya aku langsung mencari tempat duduk dipojokan. Lelaki itu mengikuti ku dari belakang. Ia duduk disampingku. Aku tak menghiraukannya, hanya saja aku merasa aneh mengapa akhir-akhir ini lelaki itu mendekatiku? Aku tidak suka karena setiap gerak gerik pasti akan menjadi pusat perhatian.

Aku membaca sekilas dan mencatat hal-hal penting yang tak ada dibuku pelajaran. Lelaki itu berposisi miring dengan menyanggah dagu dan tatapannya tertuju padaku. Aku sungguh merasa risih bahkan sulit untuk berkonsentrasi.

Aku memutuskan untuk menoleh. Ia langsung tersenyum. "Gitu dong, dari tadi noleh biar gue ga keliatan ngenes banget gitu," ucapnya sembari cengengesan.

DEA-OTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang