Suasana dari ruang tengah yang megah itu sunyi. Diruangan tersebut terdapat tiga orang yang tengah berkutat dengan urusan masing-masing. Mereka duduk dilantai dan bertumpu pada meja sofa untuk menulis dan menaruh sebagian buku yang dipelajari. Yeah, mereka adalah Deo, Dea, dan Davina.
Suasana sunyi bukan berarti tidak ada tanda kehidupan, melainkan sang penghuni tengah fokus pada buku pelajaran.
Ralat! Yang fokus pada buku pelajaran hanya dua orang sedangkan yang satunya menjadi pengganggu karena sudah bosan.
Kalian tau bukan siapa yang menjadi pengganggu? Yeah, dia Deo. Deo tak menyukai suasana serius dan sunyi seperti ini. Alhasi, ia menggoda Davina yang juga tengah fokus pada buku tugasnya. Dimulai dari Deo yang menyembunyikan buku paketnya, menyenggol Davina dengan sengaja sehingga membuat tulisannya tercoret, sengaja menutup buku tulis Davina agar tidak mengerjakan, bahkan ia juga menarik pelan rambut Davina. Reaksi Davina acuh yang semakin membuat abangnya gentar mengusilinya.
Ia menatap horror pada tangannya. "ABANG!!" pekik Davina kesal.
Bagaimana Davina tidak kesal? Jika saat ini yang terjadi Deo tengah menempelkan upilnya ditangan Davina.
Dengan kesal Davina menghampiri Deo dan memukulnya keras, bukan merasa sakit Deo malah semakin senang. Akhirnya, adiknya itu mulai kesal.
"JOROK BANGET!!" rengek Davina sembari membersihkan bekas upil itu dengan kaos yang Deo kenakan.
"Ngupil itu nikmat," bela Deo.
"Kak Dea! Liat bang Deo, dia jorok banget. Jangan sampek kakak nanti punya pacar kayak dia," ujar Davina sembari sedikit mengadu.
"Enak aja! Abang ini pacarable banget. Mau dibawa kondangan gak bakal malu-maluin," sahut Deo.
"Pacarable itu apa? Davina taunya apenliebe," tanya Davina dengan polos.
"Pacarable itu kakaknya sedangkan apenliebe itu adiknya," jawab Deo tanpa dosa.
"Wahhh. Davina mau bang! Nanti beliin ya sebagai ucapan abang minta maaf ke Davina," pinta Davina.
"Siapa juga yang mau minta maaf," gumam Deo yang masih sempat didengar oleh Davina.
"MAMAA! LIAT NIH ABANG CU--," ucapan Davina terpotong karena mulutnya Deo tutupi dengan tangannya. Karena ia tahu senjata andalan Davina jika sudah mau balas dendam dengan mengadu dan melebih-lebihkan ucapan agar ia dimarahi oleh mamanya.
"Diem! Nanti abang cariin itu pacarable, abang bawain sepuluh kalau mau," kata Deo.
Dea yang melihat interaksi kakak beradik itu menggelengkan kepalanya. Tanpa sadar ia juga tersenyum lebar. Senyuman itu tanpa disengaja dilihat oleh Deo.
"SUBAHANALLAH, DE! LO SENYUM? DEMI APA LO SENYUM?!" girang Deo yang mendapatkan tatapan aneh dari Davina.
"Apaansi bang! Lebay deh,"
"CANTIKNYA TAMBAH BERKALI-KALI LIPAT!" ujarnya dengan juga semakin mendekatkan kepalanya pada Dea.
Suara batuk dari dapur membuat kedua sejoli itu tersadar. Dea langsung mengembalikan wajahnya yang datar sementara Deo menegakkan duduknya.
Dari arah dapur Riri keluar dari dapur dengan membawa nampan yang berisi minuman. Ia tersenyum geli melihat raut mukanya grogi dari anak pertamanya.
"Airnya diminum dulu, biar otaknya gak terlalu panas," ujar Riri, mama dari Deo.
"Makasih mama," ucap Davina dan Deo bersamaan. Sedangkan Dea hanya tersenyum.
Tante Riri mendudukkan dirinya disofa. Melihat majalah yang berada dibawah meja sembari berniat menemani mereka belajar.

KAMU SEDANG MEMBACA
DEA-O
Teen FictionDipublikasikan 22 April 2020. Ini kisah dari sigadis dingin. Sosok gadis yang hanya mau berteman dengan cermin. Karena ia tahu, cermin tak akan pernah mengkhianati. Disaat ia tertawa cermin akan ikut serta bahagia dan disaat ia bersedih cermin juga...