7. DEA-O

1.9K 183 46
                                    

Cafe Emerge adalah tempat kerja sambilanku yang ketiga. Aku bekerja ditempat itu hanya saat malam sabtu dan minggu saja untuk mengisi waktu luang.

"De, tolong anter ke meja nomor 8 ya? Gue ada panggilan alam nih," pinta Lena si teman kerjaku sambil memegangi perutnya.

Aku mengangguk sebagai respon. Meja itu berada di lantai atas. Aku mengedarkan pandanganku untuk mencari nomor meja. Meja itu berada dipojok cafe bersebelahan dengan kaca yang langsung menyorotkan keindahan malam hari.

Meja itu ditempati oleh beberapa orang yang tampak familier bagiku. Semakin dekat dengan letak meja. Akhirnya aku tahu bahwa yang menempati meja itu adalah Deo beserta kawan-kawannya.

"Dea?" kaget Deo.

Semua tatapan heran mengarah padaku. Mungkin mereka bingung karena aku yang mengantarkan pesanan dengan memakai baju yang sama persis dengan pegawai di cafe ini.

"Jangan bilang lo kerja disini?" ujar Deo.

Aku menaruh pesanan mereka dengan rapi. Namun, sebelum aku pergi ada seseorang yang menarik tanganku.

Aku meliriknya. "Mau kemana?" tanya Deo.

"Udah lama kerja disini De?" tanya Moza penasaran.

"Kita sering kesini padahal, tapi kok baru sekarang ya ketemunya," heran Orlando.

"Makan disini aja De, duduk bareng kita-kita," pinta Kean semangat sambil menepuk-nepuk kursi yang berada diantara Kean dan Deo.

"Sibuk," sahutku singkat.

"Siapa sibuk? Kita-kita gak sibuk, malah seneng kalau lo mau gabung," ujar Kean.

"Aku,"

"Hah? Apaansih De?" tanya Kean dengan alis menyatu.

"Orang bego ngertinya lama," celetuk Matteo.

Kean melotot tak terima. "Maksudnya Dea yang lagi sibuk," papar Matteo dengan memutar bola matanya.

Aku tak menghiraukan keributan mereka. Aku melangkah pergi. Arah mata dari semua orang yang berada dimeja nomor 8 itu terus mengikuti arah gerakku sampai tak terlihat.

"Kok Dea makin cantik ya?" gumam Moza.

"Body goals banget," sambung Galen.

"Bersih tanpa daki," kagum Orlando dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Persis kayak gitar spanyol," ucap Deo.

"Kalau gue kayak apa?" tanya Kean sambil berpose layaknya model.

"Bola," jawab mereka kompak.

"jangan body shopping dong," rengek Kean.

"Body swimming bego," protes Moza.

"Body sharing goblok," protes Galen.

"Body smoking pea," protes Orlando.

"Body sailing tolol," protes Matteo.

"BODY SHAMING BANGSAT. HERAN KOK BISA GUE PUNYA TEMEN KAYAK LO PADA," kesal Deo.

***

Aku memasukkan tangan kedalam saku hoodie yang berwarna hitam agar badanku tidak terlalu merasakan dingin dipagi hari. Aku memasuki kelas, langkahku terhenti. Lagi-lagi diatas meja terdapat sebuah susu vanilla dengan sticky note.

Jangan dingin-dingin. Emang lo mau gue campur soda? Biar sekalian jadi es soda.

-Lelaki tampan

DEA-OTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang