12. DEA-O

1.5K 149 13
                                    

Deo menyerahkan amplop pada Dea yang tengah berada dkoridor rumah sakit. Membuat Dea mengernyit heran tanpa mengucapkan sepatah kata.

"Buat lo," ujar Deo.

Dea mengambil dan membuka amplopnya. Seketika ia terbelalak dan menganga.

"Ini gue pinjem ke mama. Buat biaya operasi mama lo,"

"Gak,"

"Ambil, De."

Dea menggeleng.

"Jangan sampai tindakan lo ini bikin suasana semakin buruk dan bikin situasi yang gak pernah lo mau terjadi. Anggep ini bantuan gue sebagai temen lo, lakuin sebelum semua terjadi, sebelum hal-hal yang buat lo menyesal menghampiri," terang Deo.

"Aku bisa usaha sendiri," ujarnya.

"Jika ada yang mudah mengapa mencari yang sulit? Terima! Ini bukan buat lo tapi buat mama lo,"

Pandangannya menjadi buram. Dunia ini lucu, terkadang orang baru akan bisa sangat peduli sedangkan orang yang sudah lama mengenal berpura-pura tuli. 

"Ma-kasih," ujarnya terbata-bata.

"Gak perlu nangis. Kasian mata lo capek perlu namanya istirahat," ujar Deo lembut.

Dimata Dea saat ini, tak ada Deo yang selengean dan banyak bicara. Didepannya saat ini hanya Deo yang mendadak menjadi dewasa dan penuh dengan kelembutan.

Bukannya berhenti menangis yang ada malah Dea semakin kencang menangis.

Sedangkan dimata Deo saat ini, tak ada Dea bersikap cuek yang ada malah sikapnya yang rapuh. Memang seseorang jika sudah menyangkut tentang keluarga akan terlihat sifat aslinya.

Deo merekuh tubuh Deo erat. Sangat erat. Bukan menolak, Dea juga mengampirkan tangannya dipinggang Deo.

"Lo jelek kalau nangis," goda Deo.

***

Dea memasuki ruangan melati nomor 95. Tempat dimana mamanya tinggal setelah melewati operasi .

Kondisi mama Dea? Sudah membaik. Setiap hari Deo maupun Dea mendatangi rumah sakit setelah pulang dari sekolah. Ia melewati operasi memakan 6 jam lamanya. Tapi syukurlah, semua lancar.

"Assalamualaikum," ucap Dea sembari mendorong pintu rumah sakit.

Dea melihat mamanya yang berbaring tengah menonton televisi. Wajah yang awalnya sangat pucat sekarang terlihat lebih fresh.

Mamanya mengalihkan tatapannya pada Dea yang tengah membawa buah-buahan segar. "Sendiri nak?"

Dea mengangguk tersenyum. "Mana Deo?" tanya mamanya.

Pertanyaan mamanya membuat Dea kembali mengingat tentang kejadian tadi. Kejadian yang membuat semua gadis memekik girang karena mendengar ucapan Deo.

Flashback on

Dea melangkahkan kakinya dengan cepat. Tak memperdulikan seseorang yang dari tadi lari memanggilnya. Seseorang itu berhasil menggapai tangan Dea.

"Berhenti napa sih De? Dari tadi tuh dipanggil," gerutu seseorang itu, Deo Jayura Pratama.

"Apa?"

"Mau kerumah sakit?" tanya Deo membuat Dea menganggukkan kepalanya.

"Gue nyusul gapapa ya? Gue ada rapat anak basket masalah tanding persahabatan buat minggu depan," terang Deo.

DEA-OTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang