Terlihat kaki jenjang dan mulus itu memasuki sekolah yang sudah hampir 3 tahun ia tempati. Nama dari sekolah itu adalah SMAN 01 Garuda. Dengan sorot mata dingin ia melewati orang yang berlalu lalang.
Dia adalah Gadis dingin, gadis yang membenci keramaian, gadis yang lebih suka menciptakan suasana tersendiri, gadis introvert, bahkan terlalu banyak kata yang bisa dijuluki untuk gadis tersebut. Walaupun ia anti sosial, tetapi ia bisa dibilang populer, yeah dia populer karena prestasi bukan karena sensasi. Dia adalah Dea Angelista.
Setiap ia melewati koridor untuk sampai kekelasnya, ia banyak menerima sapaan dari murid yang sekelas maupun tidak sekelas dengannya. Padahal mereka tahu bahwa sapaan-sapaan mereka percuma karena tidak akan pernah dijawab, bahkan ditoleh saja tidak.
Dea memasuki kelas barunya yaitu XII A1, kelas unggulan. Ia memilih bangku pojok kanan. Tanpa mau basa-basi untuk berkenalan dengan teman baru sekelasnya, ia lebih memilih untuk mendengarkan musik lewat handphonenya. FYI, sekolah yang Dea tempati setiap tahun melakukan sistem acakan dengan memperhatikan kemajuan nilai raportnya untuk bisa memasuki kelas unggulan itu.
Bel istirahat berbunyi. Setelah melewati perkenalan wali kelas yang baru, membentuk pengurus kelas, membentuk jadwal piket, membentuk 7K, dll.
Hampir seluruh dari kelas XII A1 memusatkan perhatian pada Dea, sebenarnya mereka ingin berbasa basi untuk berkenalan dan mengajaknya pergi kekantin untuk mengisi perut bersama-sama, tapi rasanya untuk mendekatinya saja rasanya enggan karena mereka takut diabaikan. Akhirnya mereka pergi kekantin tanpa mengajak Dea yang sedari tadi memang tidak membuka suara kecuali jika ditanya oleh guru.
Mereka mengibaratkan, suara Dea Angelista itu seperti emas karena terasa berharga. Ia tak akan berbicara terkecuali saat menyangkut tugas seperti halnya presentasi
Dea merasa bahwa dia menjadi pusat perhatian, tapi ia tak perduli. Ia terlalu malas untuk menengok kearah teman barunya. Ia hanya memfokuskan kearah buku tugas dan ingin segera mengakhirinya karena Dea merasa Lapar.
Setelah melihat situasi dikelasnya tidak terlalu ramai, Dea berjalan keluar dari kelas. Saat berjalan pun pusat perhatian sebagian murid yang tinggal dikelas XII A1 itu tertuju pada Dea. Entahlah, rasanya Dea itu terlalu menarik sehingga sedikit saja ia bergerak pasti ia akan menjadi pusat perhatian.
Dea bergegas menuju tempat ternyaman baginya dengan membawa novel dan bekal yang sudah ia buat dari rumah. Tempat ternyaman yang dimaksud Dea adalah taman yang berada dibelakang sekolahnya.
Hampir setiap bel istirahat dalam 3 tahun ini, Dea selalu habiskan waktunya di taman belakang sekolahnya. Dea merasa tempat ini nyaman karena jauh dari kebisingan yang bisa membuatnya merasa tenang.
***
Tett tett tett.
Bel masuk berbunyi. Dea bergegas menuju kelasnya. Dipertengahan koridor Dea melihat segerombolan lelaki tengah menggoda orang yang lewat didepan mereka. Rasanya ia ingin melewati jalan yang lain agar bisa menghindar dari segerombolan lelaki itu. Tapi ia sadar, itu adalah jalan satu-satunya untuk bisa sampai dikelasnya.
Banyak yang bilang, segerombolan lelaki itu adalah "Most Wanted" disekolahnya, tetapi Dea tak perduli ia akan tetap menganggap mereka sebagai pembuat gaduh disekolahnya. Dan itu benar-benar mengganggu untuk kenyamanannya.
Salah satu dari segerombolan itu sadar bahwa Dea akan lewat didepan mereka. Dengan semangat lelaki itu berdiri dan langsung bersikap seolah-olah melindungi artis dari para fans yang ingin memegang tangannya, sembari berucap "WOI MINGGIR LO PADA, CALON MASA DEPAN GUE MAU LEWAT NIH," Nama lelaki itu adalah Kean Heriyanto.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEA-O
Teen FictionDipublikasikan 22 April 2020. Ini kisah dari sigadis dingin. Sosok gadis yang hanya mau berteman dengan cermin. Karena ia tahu, cermin tak akan pernah mengkhianati. Disaat ia tertawa cermin akan ikut serta bahagia dan disaat ia bersedih cermin juga...