16. DEA-O

1.6K 162 23
                                    

Hari ini senja tengah mengalah pada mendung. Senja rela tak menampakkan keindahannya karna ia ingin membuat salah satu manusia bisa melampiaskan rasa rindu lewat mendung yang perlahan menurunkan butiran air.

Didepan supermarket terdapat sosok gadis yang tengah menatap kosong jalan raya. Perlahan lahan memori melintas begitu saja.

FLASHBACK ON

Di balkon rumah terdapat dua orang yang sedang bercengkrama diselingi canda tawa. Menyeruput kopi dan susu diwaktu hujan adalah perpaduan yang sangat pas bagi mereka. Dilihat dari manapun mereka terlihat sangat bahagia.

"Ayah, Dea benci hujan," ujar bocah kecil memberitahu sambil matanya menatap butiran hujan yang terus menerus datang.

Aditama mengernyit heran. "Mengapa kamu benci hujan, sayang?" tanya Aditama sembari menyeruput kopi buatan Tyas.

"Hujan bikin kita gagal liburan," sahut Dea polos.

Tanpa bisa ditahan senyum merekah begitu saja dibibir Aditama. "Sayang, sejatinya setiap kejadian pasti memiliki sisi baik dan buruk. Coba sekarang kamu kesampingkan sisi buruk itu, dan pikirkan lagi apa sisi baik dari turunnya hujan!" titah Aditama lembut.

"Hujan bisa buat cuaca lebih sejuk," jawab Dea sambil terus berpikir.

"Benar sekali. Lalu?"

"Bisa menyuburkan tanah, air semakin melimpah dan pasti yang berada ditempat kering senang karena bisa mendapatkan persediaan air lebih banyak," celoteh Dea dengan semangat.

"Jadi, pelajaran yang bisa kamu ambil apa?"

"Kita tidak boleh melupakan beribu kebaikan hanya demi satu keburukan,"

"Good girl!" kata Aditama puas sembari mencium dahi Dea.

"Jika kamu sudah besar nanti. Ayah berharap kamu akan seperti hujan, walaupun sudah jatuh berkali-kali tapi tetap mau datang lagi. Artinya saat kamu gagal kamu harus mencoba lagi, semakin kamu gigih akan semakin mudah untuk kamu raih," terang Aditama sembari mengusap rambut anaknya.

"Siap kapten!" ucap Dea sembari memberikan hormat, membuat ayahnya tertawa lebar.

FLASHBACK OFF

Dea menggelengkan kepalanya mencoba menghilangkan kenangan indah namun membuatnya merasa sesak. Menengadah kepala agar air mata tidak turun saat itu juga.

Dea menjulurkan tangan kanannya agar terkena hujan. Memejamkan mata  menikmati tangan yang ditetesi air hujan dan menghirup bau hujan yang menurutnya menenangkan.

'Ayah, Dea kangennnn.' ucap dalam hatinya.

"Apa kabar?" sapa lelaki yang tiba-tiba ada disampingnya.

"Re--reka?" gagap Dea dengan mata yang membulat.

"Udah lama ya kita ga ketemu? Lo makin cantik, De." ujarnya dengan menatap Dea intens dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Dea tetap membisu. Dea masih menatap Reka dengan pandangan yang sulit diartikan.

Dia lelaki yang dulu pernah menjadi tempat sandaran Dea, lelaki yang dulu selalu menciptakan senyuman dibibir Dea dan dia juga salah satu penyebab Dea menjadi dingin.

"Im sorry, Angelista. Gue rindu lo dan gue bener-bener nyesel," ucap Reka dengan wajah menyesal sambil memeluk Dea.

Dea mematung merasa seperti setengah nyawanya hilang. Sadar ini perbuatan yang tak layak dijadikan tontonan ia segera berontak agar pelukan itu terlepas.

DEA-OTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang