"Deaa!" panggil seseorang yang membuatnya akan berbalik. Namun tiba-tiba ada seseorang yang mendorong sampai membuatnya terjatuh.
BRUKKK.
Suara keras hantaman bola yang mengenai punggung seseorang membuat Dea melotot tidak percaya. Segera ia menghampiri orang yang menolongnya tersebut.
Seseorang itu memang tetap berdiri, berlagak seolah hantaman bola tersebut tidak sakit. Namun dibibirnya menciptakan suara ringisan dan peluh keringat yang membanjiri dijidatnya, Dea sangat yakin jika punggung seseorang itu terasa sangat sakit.
"Are you ok?" tanya Dea dengan panik sembari memegang punggung sang empu yang meringis kesakitan.
"Eh, sakit?" tanya Dea dengan raut wajah tak enak hati.
"Karena udah dipegang lo, jadinya ga sakit," sahut Deo sembari tersenyum mengangkat satu alisnya.
Raut wajah yang semula panik berubah menjadi memerah. Perubahan wajah itu tak lepas dari tatapan Deo. Deo tersenyum puas karena sudah bisa membuat wajah Deo berubah-ubah dan tak lagi datar seperti sebelumnya.
"Berhenti menggodaku, Deo!" titah Dea dengan reflek memukul punggung Deo.
"Arghhh!" pekik Deo.
"Udah tau lagi sakit. Tapi masih sempet-sempetnya menggoda orang! Emang ya kamu terlahir menjadi pakboy sejak dini." gerutu Dea sembari menarik tangan Deo untuk berdiri dan segera menuju UKS agar tidak menjadi bahan tontonan terus-menerus.
"Enak aja! Gue tuh diciptain hanya sebagai good boy bukan pakboy," elak Deo.
Dengan sengaja Deo melingkarkan tangannya dileher Dea dan berpura-pura layaknya orang yang tidak bisa berjalan. Dea membiarkan aksi Deo tersebut walaupun membuat jantungnya tidak sehat. Anggap saja perlakuan ini sebagai balas budi karena Deo sudah menyelamatinya dari hantaman bola yang akan mengenai kepalanya itu. Padahal Deo hanya berniat modus saja. Memang tidak bisa dipungkiri jika lelaki memiliki sejuta cara bermodus ria untuk menaklukan hati seseorang yang ia puja.
Namun jangan lupakan perdebatan mereka yang tidak penting disepanjang lorong. Deo senang melihat perubahan Dea, saat ini tak ada lagi Dea yang hanya membalasnya dengan satu kata karna yang sekarang hanya ada Dea yang bisa saja mencelah omongan Deo dengan berbagai kata.
Tak terasa mereka berdua sudah berada didalam UKS yang sudah ada anggota PMR yang berjaga. Dea melangkahkan kakinya keluar dari UKS, namun terdapat jemari tangan seseorang yang memegangnya erat.
"Kenapa?"
"Aku haus," keluh Deo.
"Terus?"
"Beliin kek. Gak peka banget jadi cewe,"
"Ck, mau beli apa?"
"Jus,"
"Jus apa?"
"Just be mine,"
"Gila ya kamu?"
"Iya, gila karenamu."
"DEO JAYURA PRATAMA!"
"Iya sayang?"
Tak kuat lagi membalas ucapan Deo yang membuat jantungnya lagi-lagi tak sehat, dengan langkah lebarnya Dea pergi keluar UKS meninggalkan Deo yang sedang tertawa geli.
"Nanti pulang bareng, gue tunggu diparkiran." ujar Deo.
Langkah Dea berhenti tepat saat ia berada didaun pintu. Ia berkata, "Kalau aku gak mau, kamu bisa apa?"
"Bisa nghalalin lo saat ini juga,"
***
Deo menatap jam yang terus berputar dengan pasti. Kurang dua jam lagi ia akan pulang sekolah, lebih tepatnya ia akan pulang bersama Dea.

KAMU SEDANG MEMBACA
DEA-O
Teen FictionDipublikasikan 22 April 2020. Ini kisah dari sigadis dingin. Sosok gadis yang hanya mau berteman dengan cermin. Karena ia tahu, cermin tak akan pernah mengkhianati. Disaat ia tertawa cermin akan ikut serta bahagia dan disaat ia bersedih cermin juga...