Cafe Emerge adalah tempat yang sering dijadikan basecamp setelah rumah Deo. Kini mereka tengah berada di cafe tersebut.
"Udah ada kemajuan belum?" tanya Moza
Deo menggeleng. "Mending lo terima mundur aja deh," ejek Moza.
"AKU MUNDUR ALON-ALON MERGO SADAR AKU KALAH," sindir Kean dengan bernyanyi menggunakan suara falesnya.
"Suara lo merdu--"
"Baru tau lo?" tanyanya dengan nada sombong didepan wajah Orlando.
"Saking merdunya buat kuping gue sakit," sambung Orlando.
Mereka tertawa geli melihat ekspresi Kean yang tengah merajuk. "Dia terlalu misterius, buat gue penasaran tentang kehidupannya," papar Deo.
"Inget! Lo ga boleh jatuh cinta duluan ke Dea," peringati Moza.
"Gue rasa, lambat laun lo bakal suka ke Dea," ucap Matteo.
"Ga mungkin lah, gila kali lo," elak Deo.
"Lo guy ya?" nimbrung Galen dengan wajah tanpa dosanya.
Deo berdiri dan menghampiri tempat duduk Galen yang berada disebelah kirinya.
"Mas, malem ini mau gak kencan sama aku?" tanya Deo dengan gaya centil layaknya bencong.
"JIJIK ANJING," maki Galen. FYI, Galen sangat takut pada bencong, jika disuruh memilih untuk bertemu dengan bencong atau setan? Maka dengan lantang Galen menjawab lebih baik dengan setan.
"Lo kok persis kayak bencong sih?" heran Kean dengan wajah datarnya.
"Gue normal bangsat," umpat Deo sambil melempar botol aqua pada Kean.
"Gue takut aja, ya kali dari kita-kita cuma lo doang yang belum pernah ngerasain pacaran," ujar Galen.
"Jangan sampek batang ketemu batang," imbuh Orlando.
Tak menghiraukan ucapan ngawur temannya. Deo bertanya, "Cara biar Dea ngelirik gue dikit, gimana sih?"
"Coba kasih ginjal lo. Ginjal kan mahal," jawaban asal Kean.
"Lo mau tangan kanan apa tangan kiri?" tajam Deo.
"Beri perhatian dikit demi sedikit, pasti kelamaan bakal luluh," ujar Matteo.
"Layaknya es jika didekatkan dengan sesuatu yang hangat pasti juga akan cair," sambung Orlando.
"Ibarat batu yang terus-menerus terkena tetesan air. Sekeras apapun batu itu tetesan air akan membuatnya lunak," imbuh Kean.
Mereka semua mendadak melongo. Biasanya Kean yang muncul akan selalu memberi pendapat dan bertingkah absurd, tetapi kini berubah menjadi bijak membuatnya mendapatkan tepuk tangan.
Moza berdiri dan mendekati Kean. Moza memegang kepala Kean, lalu ia berkata "Saha eta? Saha eta?" layaknya orang yang tengah meruqyah.
"KELUAR DARI TUBUH SAHABAT GUE LO!" seru Galen.
Kean menyingkirkan tangan Moza dengan gerakan sedikit kasar. Ia berkata dengan kesal, "Lo apaan si bangsat? Diliatin noh sama yang lain,"
"Lo abis mimpi apaan?" tanya Deo heran.
Kean mengetuk-ngetuk dagunya bertingkah seperti orang tengah berpikir. "Mimpi apa ya semalem? Padahal gue ga tidur," jawabnya dengan absurd.
"SERAH LO PAITO," emosi Matteo.
"Lebay lo pada, orang gue abis baca google,"
"Zonk banget anjir," gumam mereka serempak.
"Coba lo beri dia makanan setiap pagi," usul Matteo.

KAMU SEDANG MEMBACA
DEA-O
Teen FictionDipublikasikan 22 April 2020. Ini kisah dari sigadis dingin. Sosok gadis yang hanya mau berteman dengan cermin. Karena ia tahu, cermin tak akan pernah mengkhianati. Disaat ia tertawa cermin akan ikut serta bahagia dan disaat ia bersedih cermin juga...