"Bu Meri lagi rapat woi! Artinya kita--" teriak Putra.
"JAMKOS!" sahut warga kelas itu dengan semangat.
"Alhamdulillah. Ga sia-sia semalem gue begadang," gumam Tyo dengan wajah yang awalnya mengantuk menjadi berbinar senang.
Tanpa dikomando, para kaum adam berdiri dan memajukan meja nomor dua dari belakang membuat lantai belakang menjadi luas. Mereka bergegas merebahkan diri dengan bermodalkan tas sebagai bantal.
Dea mengedarkan pandangan pada teman-temannya. Ia menggelengkan kepala heran karena semua penghuni kelas tersebut langsung sibuk dengan urusan masing-masing, seperti ada yang langsung tidur, bermain game, keluar untuk pergi ke kantin, sibuk meriasi diri dengan berbagai make-up yang dibawa, menggibah, mendengarkan musik, bahkan mendadak ada yang menjadi pengamen.
Tanpa mau ambil pusing, ia memilih menyumpalkan telinganya dengan handset dan memutar lagu pop favoritnya. Ia merogoh loker untuk mengambil novel yang sempat ia pinjam diperpus.
Tiba-tiba Putra yang baru datang dari kantin lari memasuki kelas. Membuat yang ada dikelas kaget dan segera berdiri merapikan meja, karena mereka takut bu Meri berjalan kearah kelas ini.
Putra berhenti didepan papan tulis dengan nafas yang masih belum stabil. Ia menunjuk-nunjuk pintu membuat yang melihatnya mengernyit bingung.
"Apaan sih, Tra?" tanya Odi, sibendahara kelas.
Tyo dengan wajah khas bangun tidur asal mengambil minuman yang ada dimeja dan memberikannya pada Putra.
Putra meneguk minuman tersebut hingga abis. Ia berkata, "Jadi kita disuruh keruangan komputer sama bu Meri dengan bawa alat tulis,"
"Rapatnya cepet banget njirr," gerutu Tyo.
"Ini mah judulnya jamkos tapi boong," omel Pito.
Semua mendadak lesu, wajah yang muram, bahkan bibir yang sudah dimajukan kesal. Dengan terpaksa mereka mengambil alat tulis dan segera berangkat karena takut guru tersebut mengomel.
"Tapi gaess, kita gabung sama anak MIPA 5," sambung Putra.
Para gadis yang sudah sampai didekat pintu kelas itu mendadak berhenti. Seketika wajah mereka berseri-seri dan memekik senang tertahan. Dengan semangat mereka berlari agar segera sampai ruang komputer.
Membuat para lelaki yang ada di kelas tersebut terbengong-bengong. Mereka menggelengkan kepalanya takjub.
"Gila ya! Se semangat itu mereka kalau mau ketemu yang bening-bening," ucap Putra.
"Segitu kuatnya damage orang ganteng," tambah Pito.
"Mendadak gue pengen oplas," sambung Kenzo.
Dea yang masih berada didalam kelas tersebut menaikkan alisnya. Memangnya ada apa dengan kelas MIPA 5?
Dea melintas didepan para lelaki yang masih termatung ditempatnya. "Lo kok gak juga ikut lari sih, De?" tanya Putra heran.
"Buat apa?" tanya balik Dea semakin tidak mengerti.
"Ketemu cogan lah," sahut Pito.
Dea melirik Pito sekilas. Ia berkata, "Aku izin toilet dulu. Tolong sampaikan pada bu Meri."
***
Dea membenarkan rok seragamnya agar terlihat lebih rapi. Ia keluar dari toilet melintasi koridor yang sepi. Terlihat dari jauh, disebelah pintu ruang komputer rak sepatu terisi penuh. Hal itu wajar karena memang baru kali ini ia merasa belajar digabung dengan kelas yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEA-O
Teen FictionDipublikasikan 22 April 2020. Ini kisah dari sigadis dingin. Sosok gadis yang hanya mau berteman dengan cermin. Karena ia tahu, cermin tak akan pernah mengkhianati. Disaat ia tertawa cermin akan ikut serta bahagia dan disaat ia bersedih cermin juga...