"Jadii? Raynia buat masalah apa sampai kalian mengajaknya kemari? Bu Anna menatap Tama dan teman-temannya.
"Gini ya bu Frozen-"
"Azka!"
Azka mengangkat jarinya membentuk peace."Jadi gini bu, kan ibu tau sendiri kita geng TeleKacang punya ritual tersendiri, dan dengan beraninya nih cewek ngancurin ritual kita, kita udah setahun disini dan gak ada yang pernah ikut campur sama ritual kita, kita gak terima"
Tama menjelaskan panjang lebar kepada bu Anna."Cuman itu? Masalah sepele kok di bawa kesini sih Tama, itu bahkan bisa diselesaikan dengan baik"
Suara lembut bu Anna membuat Echa menghela nafas lega."Gak bisa bu, ini udah keterlaluan. Pokoknya Arel gak terimaa!!"
Bu Anna menepuk jidatnya. Aneh memang."Yaudah sekarang kalian maunya apa?"
"Ibu hukum aja tuh cewek"
Echa membulatkan matanya menatap laki-laki disebelahnya.Buset baru pertama masuk udah di hukum
Batin Echa.Echa pun beralih menatap Aldi. Diam-diam Echa memperlihatkan wajah memohonnya kepada sepupunya itu.
"Gini deh, gak usah di hukum juga kali TamTam, udah maafin aja"
Aldi mencoba mengajak Tama untuk nego."Gak, gue gak mau. Pokoknya harus dihukum, titik!".
Tama bersikeras untuk menghukum Echa."Yaudah, Ray kamu minta maaf sama mereka, ibu gak bakal ngehukum kamu"
Echa mengangguk dan berdiri menhadap TeleKacang."Maaf"
Echa menatap Tama dan teman-temannya satu persatu. Tama mendengus, Arel menatap Echa tajam, Rama dengan muka datarnya, Azka dengan wajah dinginnya dan Aldi yang tersenyum. Tanpa menjawab, mereka semua langsung keluar dari ruangan bu Anna dan meninggalkan Echa di ruangan tersebut."Echa pamit ya bu, Assalamualaikum"
Bu Anna mengangguk."Waalaikumsalam"
Echa pun segera keluar dengan nafas lega. Namun tiba-tiba seseorang menarik lengannya secara paksa."Urusan kita belum selesai"
Echa menatap laki-laki yang di panggil Tama itu tajam."Kan gue udah minta maaf"
Echa berusaha memberontak. Namun teman-teman Tama juga ikut mendorong Echa agar berjalan lebih cepat."Maaf lo gak di terima"
Azka menyahut dari belakang. Echa hanya mendengus kasar dan pasrah mengikuti TeleKacang itu.***
Echa mendengus kesal melihat beberapa murid lain yang menatapnya tajam. Mungkin karena Echa di tarik oleh most wanted di sekolah itu. Echa hanya memutar bola matanya malas.
"Ngapain ke kantin? Kalian mau traktir gue?" Echa menatap kelima laki-laki itu dengan mata berbinar-binar.
"Halu lo ketinggian" Suara Arel membuat Echa mendengus. Tama dan teman-temannya pun menarik Echa ke meja kantin paling pojok.
"Duduk lo" Tama melepas genggamannya dan menyuruh Echa duduk berhadapan dengan mereka berlima.
"Mulai hari ini, lo gue angkat jadi Babu kita. Lo harus bayarin makanan dan minuman kita, segala perintah kita berlima lo harus turutin, mau bawa tas kek, bikinin tugas mumpung lo anak beasiswa, selama di sekolah lo harus selalu sama kita, sampe pulang. Ini berlaku selama satu bulan". Echa membulatkan matanya tak percaya.
"Eh gak, gue gak setuju, dan gue gak mau! Enak aja mau jadiin gue Babu, gak pokoknya gak!" Echa menolak perintah Tama mentah-mentah.
"Sahabat ku yang ganteng, kalian setuju kan ya?" Tama menatap temannya satu persatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MATCHA : Luka Dari Masa Lalu.
Teen FictionFitnah itu, pembunuhan dan trauma yang mendalam. Bagaimana rasanya menjadi tersangka pembunuh padahal kau tidak melakukan apa-apa, trauma yang membekas dari masa lalu kelam yang kian menyiksa. Gadis itu, tersiksa mental sebelum waktunya. Batin dis...