PART 8

40 12 0
                                    

Bel sekolah pun berbunyi. Dengan semangat Echa berjalan ke arah loker sambil menunggu semua orang pulang, karena ia harus mengambil kotak bekalnya di loker 62. Saaat sudah dirasa aman, Echa pun dengan cepat mengambil kotak bekalnya.

"Lo ngapain disini?" Suara dingin itu membuat Echa menegang. Echa pun membalikkan tubuhnya dan melihat Rama berdiri dengan tangan dimasukkan ke dalam saku.

"Kamaren Tama, sekarang Rama. Habis ini siapa? Arel?, ahk kesel gue"
Batin Echa.

"Woy, malah bengong" suara Rama kembali mengagetkan Echa. "Lo maling ya?" Pertanyaan yang Tama lontarkan kemarin kini di tanyakan kembali oleh Rama.

"Gak kok. Gue lagi nunggu Gojek, hooh Gojek" ujar Echa gugup. "Ngapain lo nunggu disini? Kan harusnya lo nunggu di depan gerbang" skak mat. Echa menunduk.

"Eh iya, ini juga mau keluar kok, duluan ya" ujar Echa kikuk. Rama menatap Echa datar. "Dasar gadis aneh" ujar Rama dan langsung melenggang pergi karena eskul basket akan segera dimulaim

"Huft, untung udah gue ambil kotak bekalnya" ujar Echa sambil memasukkan kotak bekal tersebut ke dalam tasnya. Echa masih menunggu pak Jarwo untuk mengantarnya ke warung Cilok miliknya.

"Eh neng cantik ngapain disini? Mau gue temenin gak?" Segerombolan laki-laki berseragam SMA menghampiri Echa sambil menaiki motor. Dari seragamnya, Echa tahu mereka anak-anak dari SMA jaya negara.

"Mau apa kalian?" Ucap Echa datar. "Aduh si eneng galak bener, makin suka deh" seorang laki-laki masih menjahili Echa.

Bugh!!
Tiga orang dengan badan tegap langsung menghajar mereka. Mereka yang masih di atas motor otomatis tidak siap dan langsung terjungkal.

Echa tidak kaget, dia tahu yang tengah menolongnya saat ini adalah anak buah papanya. Seorang laki-laki dengan emosi memuncak langsung menghajar anak buah Echa hingga tersungkur.

"Ragann!" Teriakan itu  membuat laki-laki bernama Ragan itu berhenti. Echa membulatkan matanya melihat Tama dan teman-temannya datang.

"Duh, si kacang polong pengen jadi pahlawan kayaknya" sambut laki-laki bernama Ragan itu meremehkan.

  Echa pun mengkode anak buahnya untuk pergi. Dengan patuh mereka pun menyingkir dari tempat itu sementara untuk mengobati luka mereka.

"Lo mau apa?" Ucap Tama dingin. "Sorry, kali ini kita gak ada  urusan sama banci kayak kalian. Gue cuman pengen tu cewek" Echa terkejut lalu menoleh ke belakang. Oke, tidak ada satupun cewek disini selain dia.

"Nih ambil" Echa terkejut saat Tama mendorongnya ke hadapan Ragan. Echa hendak berlari namun tangannya di cekal oleh Ragan.

Bugh!!
Ragan tersungkur . Pukulan Tama membuatnya meringis.

"Gak semudah itu Ragan Wardama" Tama menarik Echa kebelakang.

"Brengsek lo kacang!" Teriak Ragan kesal.
"Gue gak ada urusan sama lo ya, gue cuman pengen tu cewek!" Teriak Ragan sambil menunjuk Echa. Tama pun tersenyum sinis sambil merangkul Echa dari samping.

"Sayangnya dia udah jadi gadis komandan kacang sekarang" kata Tama membuat semua orang disana terkejut.

"Halah, itu cuman akal-akalan lo doang kan? Gue udah sering liat di sinetron yang begituan" ucap Ragan kesal. Ingin rasanya Echa tertawa, namun ini bukan saatnya.

"Wahh seorang Ragan Wardama korban sinetron ternyata" ucap Tama sambil terkekeh, bukan hanya Tama semua orang disana menertawakan Ragan, termasuk gengnya sendiri. Ragan mendengus kesal.

"Terus, lo mau kita gimana biar lo percaya?" Ragan tersenyum sinis.

"Kalo lo bisa gendong tu cewek keliling lapangan basket sampe 25 putaran, gue bakal berenti ngejar tu ce-" ucapan Ragan terhenti saat Tama sudah berlari ke lapangan basket masuk ke dalam area sekolah sambil menggendong Echa ala bridal style.

MATCHA : Luka Dari Masa Lalu.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang