Tama menatap langit-langit kamarnya dengan pikiran yang sedari tadi menyerbu otaknya.
"Aldi punya hubungan apa sih sama Echa?" Pikiran Tama kalut tentang hubungan sahabatnya dengan gadis beasiswa itu.
"Apa mereka pacaran?" Seketika pertanyaan itu melintas di otak Tama. Tama pun memperbaiki posisinya menjadi duduk.
"Iya, gue yakin mereka pacaran," ujar Tama meyakinkan dirinya sendiri.
*
Aldi menatap gadis di hadapannya dengan tatapan sendu. Aldi membawa Echa segera ke rumah sakit. Meski gadis itu hanya pingsan.Tatapan Aldi beralih pada Bima yang setia menunggui Echa. Lalu mata Aldi memicing ke sofa, disana sudah ada Sora yang sedang termenung dengan mata yang sembab.
"Aldi" suara Bima membuat Aldi tersentak dan lantas menoleh.
"Kamu pulang dulu ya, kamu pasti belum makan. Gak papa, ada om sama tante disini," ujar Bima sambil tersenyum. Aldi mengangguk dan segera pamit kepada Bima dan Sora.
Sepulangnya Aldi, tatapan Bima beralih pada gadis yang masih tidak sadarkan diri itu. Bima mengenggam tangan Echa erat.
"Cepet sembuh bidadari papa," ujar Bima pelan. Suara pintu terbuka membuat Bima refleks menoleh. Disana sudah ada Sandi, Dinda dan laki-laki seumuran dengan Echa.
"Gimana keadaan Echa kak?" Tanya Sandi sambil menatap gadis yang tengah berbaring itu dengan tatapan sendu.
"Ya gini, belum sadar juga dari tadi," ujar Bima seraya menghela nafas berat. Sandi mengalihkan pandangannya pada Echa. Bibir gadis itu picat pasi, Sandi memijat pangkal hidungnya.
"Kejadiannya gimana sih kak? Kok bisa gini?"tanya Sandi seraya menatap Bima menuntut penjelasan.
Bima hanya menggeleng pelan. Tangannya tak henti-henti mengelus punggung tangan Echa.
"Maaf sebelumnya, emangnya Echa ada trauma apa ya om?" Ragan tiba-tiba bersuara.
"Kamu siapa?" Tanya Bima seraya menatap Ragan lekat. Ragan sedikit berdehem untuk menetralisir degup jantungnya.
"S-saya temen Echa om. Iya temen, saya sebenernya suka sama Echa, tapi kayakny- awss kok tante nyubit pinggang Ragan?" Ragan tiba-tiba tersentak dan menatap Dinda sambil melotot.
"Kamu juga, ngapain pake curhat?" Ujar Dinda gemas. Bima terkekeh bersamaan dengan Sandi.
"Iya, om tau kok anak om cantik. Dulu, waktu Echa masih Smp, dia pernah di fitnah membunuh adik sahabatnya sendiri," ujar Bima seraya menatap lurus ke depan seolah-olah mengenang kejadian pahit yang dialami putrinya.
Flashback on
Echa celingukan dengan gelisah. Sudah sejam lebih ia mondar mandir menunggu supir pribadi yang biasa menjemputnya. Akhirnya Echa menyerah, ia memutuskan untuk berjalan kaki sambil mencari angkot.
Langkah gadis itu sedikit tergesa-gesa. Keringatnya bercucuran membasahi kerah bajunya. Matanya tak henti menatap sekitar, ini yang Echa takutkan saat berjalan kaki sendirian.
Ia sangat takut melewati jalan yang tidak berpenghuni dan bangunan tua di samping kirinya. Dengan cepat, Echa berjalan setengah berlari, matanya terfokus ke depan jalan."Aaaaakh, tolonggg hmpp-" langkah Echa terhenti. Keringat dingin langsung meluncur di pelipisnya. Ia pun memberanikan diri menatap bangunan tua di sampingnya saat itu.
"Siapaaa!!?" Teriak Echa dengan keras. Suara itu tak terdengar lagi, Echa sangat yakin suara teriakan itu masih familiar di telinganya. Dengan sedikit nyali, Echa memberanikan diri memasuki bangunan itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/218365625-288-k909076.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MATCHA : Luka Dari Masa Lalu.
Подростковая литератураFitnah itu, pembunuhan dan trauma yang mendalam. Bagaimana rasanya menjadi tersangka pembunuh padahal kau tidak melakukan apa-apa, trauma yang membekas dari masa lalu kelam yang kian menyiksa. Gadis itu, tersiksa mental sebelum waktunya. Batin dis...