PART 9

43 12 0
                                    

Paginya Echa sudah berangkat sekolah seperti biasanya. Memasukkan bekal ke dalam loker dan menunggu Tama dan gengnya untuk membawakan tas mereka.

"Cica!" Teriak Rama di ikuti Azka, Arel dan Aldi. Oke dimana Tama?
Echa pun menoleh dan tersenyum tipis.

"Hari ini lo bebas" ujar Rama dingin.

"Maksudnya gimana? Gue udah gak jadi babu kalian lagi? Alhamdulillah ya Allah" ucap Echa penuh syukur.

"Tapi cuman untuk hari ini" sahut Arel. Seketika senyuman Echa memudar.

"Kok gitu?" Tanya Echa bingung. "Yaa ini amanat dari Tama, katanya hari ini lo bebas karena dia gak sekolah" ujar Azka panjang.

"Emang Tama kemana?" Tanya Echa penasaran.

"Sakit" ujar Aldi. Echa hanya ber oh ria.

"Sakit apa?" Kali ini Echa kembali bertanya.

"Demam, gara-gara kena hujan kemaren" ujar Rama. Echa sedikit tersentak.

"Udah sono ke kelas, ntar gue berubah pikiran" ujar Rama dingin. Echa pun mengangguk dan berjalan ke kelasnya sambil memikirkan Tama.

"Ya Allah Cha, fokus fokus. Jangan mikirin Tama dong" ujar Echa berbicara sendiri.

****
"Raynia" tegur bu Eta. Tak ada jawaban dari gadis itu. "Raynia!" Nihil gadis itu malah asyik melamun.

"Raynia Esa-" Echa tersentak saat bu Eta memanggil nama panjangnya. "Iya bos TamTam kenapa?" Ujar Echa polos.

"Oh kamu lagi mikirin Tama ya? Keluar kamu!" Teriak bu Eta. "Yah bu, saya gak sengaja mikirin Tama" ujar Echa jujur.

"Eh miskin. Lo gak pantes mikirin Tama!" Pekik Amel. Bu Eta memijat pelipisnya bingung.

"Amel, Raynia . Sekarang juga kalian hormat di depan tiang bendera sampai pelajaran saya selesai!" Teriak bu Eta kesal. Echa pun mengangguk dan berjalan ke luar kelas di ikuti Amel di belakangnya.

"Mampus lo!" Sinis Amel. "Eh lo juga di hukum kali" ujar Echa tak mau kalah. "Lo orang miskin tapi belagu ya!" Ujar Amel tak suka. "Emang apa bedanya miskin sama orang kaya, toh sebelum lo kaya lo juga pasti pernah miskin" ujar Echa santai. "Lo-"

"Raynia, Amell!! Cepat ke lapangan sekarang!" Teriak bu Eta karena masih mendengar perdebatan kedua gadis itu.

"Awas lo Ray" bisik Amel kesal. "Uluh uluh, takut banget sama Amel" ledek Echa. Amel mendengus kesal.

"Aduh mama, luntur bedak gue kalo kek gini" ujar Amel sambil mengelap keringatnya.

"Halah, bedak my baby aja sombong lu" ujar Echa. Amel menatap Echa sinis.

"Yee bener kan?" Ujar Echa sambil terkekeh.

"Lo berani banget ya sama gue!" Ujar Amel tak suka.

"Gini ya Mel, lo kan manusia, gue juga manusia, lo makan nasi, gue juga makan nasi, kecuali kalo lo makan batu sama daging manusia, baru gue takut sama lo" ujar Echa santai. Amel mendengus.

"Tepuk tangan yang meriah buat bu Echa, aduh ceramahnya menyentuh hati banget ya guys" ujar Amel meledek.

"Aduh guys makasih banyak. Gue tau kok gue pinter, iya makasih ya" ujar Echa menjadi.

"Raynia, Amell! Hormat sama bendera jangan malah bercanda!!" Teriak bu Eta dari kelas. Sontak dua gadis itu tersentak dan langsung hormat ke bendera.

***

"Assalamualaikum, papa. Echa boleh gak jenguk temen Echa"

"Waalaikumsalam, Temen yang mana sayang?"

MATCHA : Luka Dari Masa Lalu.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang