"Makasih ya," ujar Echa melayani pelanggan. Akhir-akhir ini, gadis itu sedikit sibuk dengan ciloknya.
"Makin rame ya non," ujar seorang pembantu kepada Echa. "Iya bi, Alhamdulillah" ujar Echa.
"Mbak, Ciloknya lima, di bungkus ya" kata seorang laki-laki.
Deg!
Azka
Batin Echa. Untungnya Echa membelakangi laki-laki itu. Dengan sigap, Echa mengambil serbet dan menutup wajahnya. Dengan berani, Echa pun menghadap Azka sambil menunduk."Engh, iya mas. Tunggu sebentar ya, silakan duduk dulu" ujar Echa sambil mengubah sedikit suaranya.
"Kayak kenal" ujar Azka berbicara sendiri. Setelah menunggu cukup lama, pesanan Azka pun selesai.
"Ini mas pesanannya" ujar pembantu Echa memberikan plastik besar berisi Cilok pesanan Azka. Azka mengangguk dan memberikan beberapa lembar uang kepada pembantu tersebut.
"Non kok sembunyi dari laki-laki itu, non kenal?" Echa hanya mengangguk pelan.
***
Setelah pulang dari warungnya, Echa pun merebahkan tubuhnya di atas sofa sambil mengibas-ngibaskan tangannya."Duh capek banget" ujar Echa sambil mengelap keringat yang mengucur di dahinya.
"Sayang" suara lembut seorang wanita membuat Echa mengubah posisinya menjadi duduk. "Kamu kecapean ya, mama kan udah bilang, kamu gak perlu jualan kayak gini" ujar Sora lembut. "Gak papa ma, lagian cuman sebulan kok" balas Echa. Sora menghela nafas kasar.
"Kamu sama aja kayak papa kamu, keras kepala" ujar Sora sambil mendengus.
"Ada yang ngomongin papa kayaknya" suara berat itu membuat Echa dan Sora menoleh.
"Sayang, kamu tadi berantem ya?" Tanya Bima kepada Echa. "Iya, mama juga penasaran, kamu berantem sama siapa nak?" Tanya Sora penasaran.
"Iya, tadi Echa berantem. Gak tau ma sama siapa, Echa gak kenal kok orangnya" ujar Echa santai.
"Kenapa kok bisa berantem, kan bisa di selesain baik-baik" ujar Sora lembut sambil mengelus rambut Echa. "Mama sama papa udah tahu kan, Prinsip utama Keluarga Mahendra?" Ujar Echa sambil menatap orang tuanya. Sora dan Bima pun mengangguk.
"Kita gak bakal ngeganggu kalo kita gak di ganggu, dan kita bakal mengusik kalo kita terusik"
Ujar Echa tegas. Sora dan Bima hanya mengangguk mengerti."Dia apain kamu nak?" Tanya Bima. "Dia jambakin rambut aku pa, yaudah aku bales jambakin rambutnya juga, terus aku tonjok mukanya" ujar Echa santai sambil menyesap coklat hangat buatan mamanya.
"Anak papa udah besar, udah bisa main nonjok anak orang ya sekarang" ujar Sora sambil terkekeh. "Kalo dia gak ganggu Echa, Echa juga gak bakal ganggu dia, lagian orang lagi makan main gebrak meja aja" ujar Echa kesal. Bima dan Sora menggelengkan kepala melihat tinkah putrinya ini. Terkadang Echa bisa menjadi gadis yang sangat manis, namun kadangkala berubah menjadi gadis sangar seperti sekarang.
***
Echa menatap langit kamarnya bosan. Gadis itu meratapi nasibnya yang tiba-tiba berubah menjadi seperti ini. Tiba-tiba saja menjadi pembantu geng kacang yang di ketuai Tama, laki-laki yang menurut Echa pemaksa itu. Sembari melamun, kejadian masa lalu kembali menghantui gadis itu."Arghss!! Sialan, ganggu aja!" Geram Echa. Bayangan masa lalu yang sangat Echa benci. Echa pun memilih memejamkan mata dan berepetualang ke alam mimpi daripada harus menginat bayangan masa lalu yang menghancurkan senyumnya.
***
"ChaCha, yuhuu ada yang liat ChaCha gak?" Teriak Tama sambil memasuki kelas Echa di ikuti sahabatnya di belakang."Ada apa Tama?" Tanya Bu Anik menatap Tama datar. Tama hanya tersenyum manis sambil mengedarkan pandangannya mencari Echa.
KAMU SEDANG MEMBACA
MATCHA : Luka Dari Masa Lalu.
Fiksi RemajaFitnah itu, pembunuhan dan trauma yang mendalam. Bagaimana rasanya menjadi tersangka pembunuh padahal kau tidak melakukan apa-apa, trauma yang membekas dari masa lalu kelam yang kian menyiksa. Gadis itu, tersiksa mental sebelum waktunya. Batin dis...