KHAWATIR

68 37 2
                                    

Aldian POV.

Gue bawa Arissa menuju Villa penginapan kami nggak ngidep disini
Gila aja kami disini.

Beberapa jam kemudian.

Arissa sekarang ada dikamar sebelah sama Sherlen gue sama Bima dikamar satunya lagi untuk beristirahat.

Gue lihat jam tangan gue udah jam tiga siang gue harus ke kamar Arissa sekarang dan memastikan bahwa dia baik baik saja.

"Gue ke kamar sebelah ya?"Ucap gue dan bergegas mengambil Hp gue diatas meja.

"Haii,sabar dulu"Bima narik tangan gue,cegah gue supaya nggak keluar.

"Ada apa?"Ucap gue langsung.

"Arissa itu cewek bro,dan baru setengah jam dia istirahat coba Lo kasih dia waktu lagi untuk istirahat yang ada nanti kalau Lo kesana,Lo tanyak ini itu malahan dia makin pusing"Kata Bima benar juga kata dia mungkin gue kasih waktu dulu bentar lagi.

Gue berfikir sebentar.

"Kayak mana dia makan?"Ucap gue yang mulai khawatir.

"Disana ada Sherlen dia sahabat Arissa dan dia lebih tau dari pada Lo"Kata Bima dan melepaskan tangan gue.

Gue menghembuskan nafas kasar.

"Okk,setengah jam lagi gue kesana"Ucap gue dan duduk di kasur sambil mengambil remote TV.

"Terserah Lo deh"Kata Bima dan duduk disebelah gue.

Arissa POV.

Gue rasa kepala gue kayaknya pusing banget deh.

Perlahan lahan gue buka mata gue dan gue melihat kayak berada di suatu ruangan gitu tapi gue nggak tau dimana.

Gue ngerasa ada kompres deh diatas kepala gue dan gue melihat ada seorang perempuan seumuran gue yang jalan kearah gue.

Mata gue agak rabun dan entah karena apa gue langsung ngucek mata gue dan lumayan membaik.

"Udah enakan"Kata Sherlen entah dari mana dan membawa satu piring, gue hanya mengangguk mengiyakan.

"Yaudah ni makan"Sherlen memberikan makanan kepada gue tapi rasanya gue enek banget,lagi nggak pengen makan.

"Kepala gue pusing"Ucap gue dan megangin kepala gue yang sakitnya minta ampun.

Gue langsung memperbaiki posisi gue untuk kembali duduk.

"Pusing banget?"tanyanya lagi.

"He em"

"Yaudah tunggu bentar,gue mau nanyak ada obat atau nggak"Kata Sherlen dan keluar dari kamar.

Gue hanya melihat sekeliling gue yang nggak tampak jelas dan berbayang bayang karena kepala gue pusing mungkin efek tadi gue kecapean kali ya.

Gue dimana sih,nampaknya sihh kayak disebuah vila gitu tapi nggak tau,tambah pusing yang ada kalau gue mikirin yang lain lain.

Klek.

"Lo gapapa"Aldian masuk dari pintu dan langsung berada didepan gue bersama Bima juga Sherlen.

"Kepala gue pusing banget sama mata gue kayak Burem dikit juga kaki gue lemes"Ucap gue sambil mejemin mata agar nggak terlalu pusing sambil megang kepala gue dan gue urut urut.

"Mual gak?"Tanya Aldian yang mulai panik sama keadaan gue.

"Gak"

"Kita di Villa ya?"Ucap gue karena sudah tau pasti ini vila.

Aldian hanya mengangguk mengiyakan.

Aldian megang tangan gue untuk meriksa nadi gue.

"Agak merendah,Lo udah makan?"Tanyanya dan mulai memperbaiki posisi gue jadi tiduran agar lebih enak.

"Belum"

Aldian mulai megangin jidat gue dan mukanya kayak benar benar dokter.

Aldian memang ingin menjadi Dokter dari kecilnya dia pernah cerita ke gue bahwa dia pengen banget jadi dokter manusia.

Dia mengambil Hpnya yang ada di sakunya dan dia memperagakan gaya mengetik entah siapa yang dia chat.

Dia menarok Hpnya lagi didalam sakunya dan beralih menatap gue sebentar lalu ngomong lagi.

"Makan dulu yaa,sekalian biar gue kompres supaya nggak sakit,gue juga udah komunikasi sama tukang terapi pribadi gue supaya dia datang kesini udah gue Sherlock kok,itu kaki Lo lemes karena efek Lo terlalu kecapean jalan makanya jadi kayak gitu"Ucap Aldian panjang lebar dan entah lah dia belajar dari mana pokoknya semua ucapan dari dia masuk semua.

Gue hanya mengangguk nggak mau ribet ribet biar yang langsung jadi aja.

"Sher tolong ambilkan air hangat yaa di dapur kalau nggak ada ambil dikamar gue,kalau Lo Bim tolong beliin bubur ya didepan"Kata Aldian yang sudah mengurus semuanya dan mereka hanya mengangguk menjalankan tugas masing-masing.

"Tiduran aja dulu supaya agak mendingan"Kata dilan yang diangguki gue.

"Ini"Sherlen memberikan satu handuk bersih beserta air hangatnya.

"Makasih"

Aldian menaruh kompres di kepala gue dan membiarkannya meresap.

"Lo tidur aja dulu ya,soalnya Bima pasti lama belik buburnya nanti kalau udah datang tukang pijitnya gue bangunin"Kata Aldian yang tersenyum kepada gue dan yang sudah mengurus semuanya.

Gue hanya mengangguk dan mencoba tidur tetapi sebelum itu.

"Makasih"Ucap gue tulus didepan muka Aldian.

Aldian hanya tersenyum membalas senyuman gue.

Satu jam kemudian.

"Saa,makan dulu yuk"Kata kata Aldian membangunkan gue dari alam mimpi.

Gue langsung menegakkan posisi badan gue menjadi duduk dan mengucek mata gue seperti orang Khas bangun tidur.

"Makan dulu yuk sekalian mijitin kaki Lo tukang pijit nya udh datang tu"Kata Aldian dan melirik ke tukang pijit pribadinya yang sekarang ada didepan gue.

"He em"

Aldian membawa satu mangkok berisi makanan bubur ayam yang sangat menggiurkan bagi gue.

"Nihh gue suapin"Aldian mengambil satu sendok berisi bubur ayam yang sedang ada di depan gue.

Gue membukakan mulut gue untuk memakan bubur ayam itu.

"Tahan ya mba"Kata orang yang mau mijitin gue,gue hanya mengangguk.

"Oh ya kita disini dulu ya sampai keadaan Lo pulih,gue takut Lo kenapa kenapa"Kata Aldian saat gue menelan suapan yang ke lima.

Gue hanya tersenyum karena tau dia khawatir.

"Ya?"Tanya dia lagi.

"He em"Gue mengangguk.

"Tidur lagi gih,gue keluar dulu ya"Kata Aldian saat gue udah selesai makan dan ingin kembali tidur,tapi gue tahan tangan dia.

"Ada apa?"Tanya Aldian dan melihat ke gue dengan dahi berkerut.

"Temenin"gue memang lagi pengen ditemenin karena di kamar ini gak ada siapa siapa gue takut ada apa apa.

Dari pada nggak ada yang temenin mendingan Aldian.

Dasar sahabat kek apa ninggalin sahabat,Bima sama Sherlen pergi berdua katanya mau cari makanan sih jadi tinggal gue sama Aldian.

Yaudahlah gapapa.

⭐⭐⭐

Sampe sini dulu ya guyss yaa

Nanti lagi updetenya yaa
Makasihh

Jangan lupa ikuti,vote,baca dan coment.🙏🙏

Makasih😋😋

Pencet dong
👇👇👇
⭐⭐⭐

"FIRST LOVE"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang