Mentari menyapa Caroline yang sedang tertidur lelap. Sapaan lembut dari mentari membuat perempuan itu membuka matanya. Dia harus bangun secepatnya–―mengingat dia adalah seorang pembantu. Tiba-tiba Caroline teringat akan sesuatu. Kemarin, dia tertidur sebelum kedua majikannya pulang dari makan malam. Oh, tidak. Apakah mereka menyadari ketidakhadiran Caroline? Semoga saja tidak.
Perempuan itu segera bangun dan pergi keluar untuk mempersiapkan hari. Seperti biasa, ia selalu yang menjadi pertama untuk bangun. Dapur dan ruang makan kosong melempang. Caroline memutuskan untuk pergi ke pasar lebih awal. Caroline pun mengambil tas dan beberapa uang untuk membeli makanan.
Saat ingin keluar, ia mendengar suara Hund di ruang kerja Duke Wellington. Caroline mengerutkan dahinya. Aneh, biasanya Duke Wellington tidak akan pernah memasuki ruang kerjanya pada waktu pagi–―ia selalu berada di ruang kerja itu pada malam hari. Dengan keberanian yang cukup, Caroline pun mengetuk pintu kerja milik majikan kejamnya tersebut. Perempuan itu takut yang didalam bukanlah Duke Wellington, melainkan seorang penyusup.
Setelah tiga ketukan, tidak ada suara orang yang membalas dari dalam. Membuat Caroline semakin curiga. Telinga Caroline hanya mendengar suara beberapa pria dengan samar. Juga, Caroline mendengar suara yang dihasilkan ketika memukul seseorang.
Beberapa ketukan dari Caroline akhirnya membuat orang-orang di dalam ruang kerja itu membuka pintunya. Pintu itu terbuka, membuat perempuan yang mengetuk itu mengambil langkah besar ke belakang.
Duke Wellington–―dengan kantung mata pada kedua matanya, dan tangan juga jari-jari yang dihiasi dengan darah–―menatap Caroline dengan rendah dan tajam. "Sarapan sudah siap?"
"B-belum, Your Grace. Aku akan ke pasar terlebih dahulu," jawab Caroline ketakutan. Ketakutan di hati pembantu itu tertambah setelah melihat dua pria yang sedang menyiksa seorang budak kulit hitam, di belakang Duke Wellington.
"Jangan sudi ketuk pintu ruang kerja ku jika itu tidak penting, Addington," Duke Wellington memperingati Caroline dengan nada mencekam. Membuat Caroline hanya bisa menundukkan kepalanya. Tidak ingin, membuat majikannya memecatnya, perempuan muda itu pun pergi dari ruang kerja itu dan melangkah pergi untuk ke pasar.
"Boys, angkut budak biadab itu. Kita hajar dia di belakang. Istriku akan menceraikanku jika ia mengetahui bahwa kita sedang menyiksa mahkluk tak tau diri ini." Caroline–―dengan rasa penasarannya–―menghentikan langkahnya di ujung lorong. Menyembunyikan badan kecilnya di balik dinding, sambil melihat apa yang sedang Duke Wellington dan para dua pekerjanya lakukan sepagi ini.
"Aye, aye, Your Grace," Fitzroy mengangkat Jamai dengan mudah, diikuti dengan Roger yang tertawa lepas melihat wajah Jamai yang sudah hancur dipukuli sejak malam.
Caroline menutup mulutnya agar mencegah dirinya untuk tidak berteriak ketika melihat sosok Jamai. Caroline dengan berani memajukan kepalanya untuk melihat rupa budak kulit hitam itu dengan lebih jelas lagi. Tatapan penasaran itu bertemu tatapan pasrah. Mulut Caroline semakin ditutup kuat, karena tatapan dari budak itu sangat menyedihkan.
Bagaimana budak dan dua pria itu bisa berada di sini? tanya Caroline dalam hati sambil memutar badannya–―kali ini benar-benar akan pergi ke pasar.
****
Kereta kuda itu menurunkan dua bangsawan yang baru saja pulang dari makan malam paling kacau yang pernah mereka datangi. Pasangan Wellington itu sangat menyesali menerima undangan makan malam mendadak dari Pasangan Warwick. Sekarang mereka tiba di rumah pada tengah malam dan dengan kondisi tubuh yang sangat letih.
Duke Wellington mengamati rumahnya. Mengapa tidak ada yang menyambut? Pria kaku dan kejam itu berdecak marah. "Mana si Addington?!" bisiknya dengan suara kuat. Wilhelmine, istrinya, yang berada di sampingnya memutar kedua bola matanya. Puluhan menit yang lalu, Duke Wellington baru menghibur dan mengubah suasana hatinya yang tadi buruk menjadi tenang. Namun, sekarang suaminya itu membuatnya kembali suntuk.
![](https://img.wattpad.com/cover/210345583-288-k71304.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Duke and Duchess of Wellington
Historical FictionWilhelmine Luise, Princess of Mecklenburg-Schwerin, putri minor asal Jerman dipaksa oleh keluarganya untuk menikah dengan Arthur Scott Byron, Duke of Wellington bangsawan Inggris yang kaku, dingin dan keji kesukaan raja George III. Sang putri menola...