Lisa begitu senang hari ini, meski awan mendung dan hujan deras mengguyur dari sore hari namun tak sedikitpun melunturkan senyum di bibirnya. Bahkan kini ia tengah berjalan cepat dan sesekali meloncat sembari memeluk pouch make up miliknya, tampak begitu antusias dan bersemangat menikmati waktu.
Lisa lantas duduk dan menyimpan semua bawaannya di meja kecil yang sengaja ia persiapkan, menata semua isinya yang masih tersegel.
"Ini baru." Ucapnya bersemangat, Lisa menggunakan toner dengan terburu, membuat Johnny yang ada di depannya menghentikan tangan gadis itu.
"Hey... Jangan begitu." Dan setelah menegur kekasihnya, dengan telaten ia menepuk cairan itu agar memberi kelembaban di wajah Lisa.Gadis itu tersenyum, rencananya berhasil. Lisa merupakan idol yang terkenal begitu menyukai make up, bahkan menjadi brand ambassador sebuah produk kecantikan yang terjual habis hanya dalam beberapa jam peluncuran, tak mungkin ia sebodoh itu. Lisa hanya suka cara Johnny memperhatikan dirinya, ia menikmati saat lelaki itu begitu perhatian dan dapat ia lihat dengan lebih jelas; termasuk parfum menenangkan yang semakin lama ia hirup membuat Lisa semakin tenang.
"Ku rasa bermain drama salah satu hal yang baik untuk mengembangkan karir." Lisa tertawa kecil, merasa malu karena triknya telah di ketahui. Biasanya ia yang melakukan hal itu pada para member, menyindir mereka saat berbicara; dan sepertinya karma yang biasa menjadi teman Lisa tengah berkhianat sekarang.
"Bagaimana kulit ku?" Tanya Lisa, saat tangan Johnny dengan lihai mengaplikasikan Foundation pada wajahnya. Begitu professional, bagaimana lelaki ini bisa tahu cara penekan yang benar dan tak membuat wajahnya terasa kaku? Rasanya ini kali pertama lisa melihat seseorang yang justru tampak lebih maskulin dengan beauty blender di tangannya.
Johnny belum menjawab, lelaki itu beralih meraih powder brush dan menyapunya dengan perlahan, hanya sedikit; hari yang tengah hujan akan cocok dengan dewy make up yang tak akan membuat wajah Lisa menjadi kilang minyak. Meskipun gadis di hadapannya ini adalah Lalisa sang KPop sensation, Masalah apa memang yang berani singgah di rupa bagai boneka Barbie itu.
"J?" Merasa tak di anggap Lisa kembali bersuara. Tak seperti yang lain, ia dan Johnny terbiasa memanggil nama satu sama lain tanpa embel-embel dan Lisa sangat menyukai ide tersebut, huruf pertama nama lelaki itu adalah favoritnya dan untung Johnny pun memiliki selera yang sama.
"Tak akan ada yang sia-sia dari perawatan ratusan ribu won, Love." Oh haruskah Lisa terbang sekarang? Karena sungguh jawaban enteng Johnny membuat wajahnya memanas, dengan refleks ia mengipasi wajahnya yang mungkin timbul rona merah. Kenapa sih ia sangat menyukai segala hal yang ada pada diri pria bermarga Seo ini? Lisa kesal, kenapa Johnny dengan begitu mudahnya membuat Lisa semakin terjatuh semakin dalam. Membuatnya diam-diam bersyukur jika lelaki itu kini hanya memperhatikan dirinya, Lisa sesungguhnya tak mau dan rela orang-orang melihat sisi kekasihnya yang begitu hangat, namun sayangnya sifat easy going milik Johnny memang terpancar dengan sempurna, keserakahan Lisa bahkan tak bisa menghentikan itu semu.
Mata Lisa sedari tadi tak lepas menatap lekat wajah di depannya, biar saja ia terlihat sedikit menakutkan dan aneh; yang penting ia bisa menikmati salah satu karya terbaik Tuhan sebebas dan sedekat ini, oh astaga Lisa tak pernah sejatuh ini untuk seseorang sebelumnya. Sebenarnya apa yang telah Johnny lakukan?
"Aku sangat tersanjung saat seorang Lalisa Manoban yang terkenal itu kini seperti gadis kecil puber saat melihat ku, tapi tidakkah ini aneh?" Tanya Johnny, sembari tangannya kini menyapukan Highlighter di pipi Lisa. Gadis itu menggigit bibirnya, takut jika Johnny risih dengan sikapnya.
"Kenapa?"
"Kencan kita batal, dan kau terlihat begitu senang. Bukankah itu menyakitkan?" Lisa menghela nafas lega, ia lantas memajukan bibirnya dan menggeleng.