Wabah virus yang menyebar begitu cepat membuat Lisa telah membusuk di rumah selama 70 hari, kegiatannya hanya berputar di satu lingkaran yang sama, bangun - mengecek pekerjaan - tidur - makan - tidur - mandi - dan pada malam hari terjaga semalaman. Begitu terus sampai ia mulai gila.
Yang menyebalkan adalah saat tiga gadis lain dengan tidak tahu diri menyusup kedalam kamarnya, mengacak-acak semua barang Lisa atau membangunkan secara paksa, untuk menemani keluh kesah mereka secara bergantian. Dan saat dirinya protes maka mereka akan melipatgandakan dengan cerita menyedihkan lainnya, seolah hidup ini penuh dengan kompetisi. Seperti sekarang misalnya, Rosé - salah seorang dari mereka - tengah menangis dengan tersedu sembari memeluk tubuhnya erat, membuat pundaknya pegal dan menyusahkan Lisa untuk mulai menyelesaikan draft final novel yang harus ia kirim pada penerbit.
Lisa meneguk air mineral dengan malas, sedangkan Rosé masih sibuk mengelap air mata dengan dress nya, membuat pakaian yang tadinya terlihat cantik justru begitu Kumal di tambah ingus yang mengalir bersamaan air matanya.
"Dia bilang mencintai ku." Lisa mengangguk mengiyakan, cerita yang ratusan kali telah ia dengar sampai semua detail cerita telah Lisa hapal itu membuat kepalanya pening.
Rosé memeluknya semakin erat, namun tak sedikitpun mengurangi rasa dingin dari musim dingin yang mulai menghampiri. Gadis itu menarik nafas panjang dengan suara yang cukup menjijikan bagi Lisa, lantas melanjutkan ceritanya "Tapi.. Kita tak bisa bersama.""Aku akan membantu mu." Jawaban singkat Lisa membuat Rosé menoleh tak percaya, gadis itu lantas meloncat begitu bahagia. Kedua gadis lain - Jennie dan Jisoo - mendekati keduanya, merasa iri karena Lisa hanya mendengarkan cerita gadis cengeng itu.
"Kalian berdua juga." Ucap Lisa, memotong kalimat protes dua gadis cantik itu, Jennie lantas bersorak senang dan Jisoo berguling, membuat Lisa menganga, Sampai sekarang ia masih tak mengerti dengan jalan pikiran gadis yang mengklaim dirinya paling tua itu."Aku senang kita berkumpul." Jennie dengan cepat merebahkan dirinya di paha kiri Lisa dan Jisoo mengikuti di paha kanannya. Bagus ia benar-benar mirip kasur hidup sekarang, badannya masih begitu pegal karena tak berolahraga dan sekarang di tambah tiga beban berat.
"Pasti makan hotpot di saat seperti ini sangat menyenangkan." Gumam Jisoo, matanya menengadah menatap langit kamar. Namun ia tahu itu ide buruk, mereka tak bisa keluar sekarang. Apalagi saat matanya menoleh dan sosok lelaki dengan jas hitam dengan jelas tengah memperhatikan mereka.
"Aku takut." cicit Rosé begitu mengikuti arah pandang Jisoo, sedangkan Jennie tak berbicara apapun memilih menutup matanya dengan bantal dan pura-pura tak menyadari.Hanya Lisa yang dengan tenang bertatapan dengan si lelaki asing, seseorang dengan jas hitam yang selama ia tak bisa keluar selalu memperhatikan apartemennya dari luar jendela, bahkan secara terang-terangan terus menghadap ke arah kamar tanpa berekspresi apapun.
Seolah berkomunikasi lewat tatapan mata, Lisa lantas beranjak dan mengusir teman rumahnya untuk menyingkir, ia ingin segera menyelesaikan kewajibannya sebelum penerbit akan marah karena lalai.
Setelah usai dengan pekerjaannya, dan mandi. Lisa lantas memperhatikan bayangannya di cermin setinggi tubuhnya, mengecek dandanannya telah sempurna termasuk masker yang membalut setengah wajahnya, setelan musim dingin berwarna cokelat serupa dengan warna rambutnya sekarang. Ini hari berakhir kurungan - Lisa menyebutnya begitu - untuk semua warga Korea, dan ia tak mau menyia-nyiakan hari ini. Selain bayangan dirinya, di belakang sana terpantul lelaki itu masih menatapnya lekat. Membuat Lisa mengembuskan nafas berat, dan dengan langkah lugas segera menuju pintu.
Rosé, Jisoo, dan Jennie menyadari itu dan berteriak histeris, mereka takut orang jahat itu akan membahayakan Lisa dan mereka tak akan pernah rela. Namun Lisa hanya menoleh dan menyimpan jarinya di depan mulut menyuruh mereka berhenti, ini hari dimana salju pertama turun, begitu menjengkelkan jika di isi hal-hal yang menyebalkan termasuk teriakan melengking yang menyakiti kuping.