Doa dan Karma

763 87 10
                                    

Biasanya pada diri seseorang terdapat satu kata yang bisa menjelaskan dirinya secara general, entah itu ceria, cerewet, jutek atau menyeramkan. Satu kata yang menjadi kesan pertama dan menjadi pertimbangan awal untuk mendekat atau menjauh.

Biasanya pula orang-orang cenderung lebih senang mendekati mereka yang terlihat "cerah" atau seseorang yang miliki kesamaan. Meskipun tak jarang juga secara ajaib bisa memiliki kecocokan hingga menjalin hubungan dengan mereka yang bertolak belakang.

Salah satunya Lisa, ia selalu di kategorikan sebagai gadis heboh, ibarat bunga matahari yang ceria dan memberi kehangatan. Sedangkan Yoongi benar-benar kebalikan dari itu; pelit senyum, malas bergerak, dan orang nomer satu yang lelah dengan kelakuan Lalisa, namun secara mengejutkan berakhir keduanya menjadi pasangan.

"Hei!" Lisa tiba-tiba memanggil, terus menusuk pipi Yoongi dengan jarinya. Tidak berhenti meski pria itu tak kunjung menjawab, lebih memilih fokus pada ponselnya.

"Sebentar." Lisa memutar matanya kesal, langsung terdiam sesaat dan merebut ponsel milik kekasihnya itu. Ia tertawa begitu mendapati wajah kesal Yoongi yang menahan untuk tak mencincang Lisa di tempat.

"Kenapa? kau akan marah?" Lisa mengatakan itu dengan nada menantang, menyembunyikan ponsel Yoongi Di belakang tubuhnya.

"Kembalikan."

"Tidak mau!" Jawab Lisa ketus, dengan jahil mematikan ponsel pria itu dan menyimpan kedalam tas miliknya. Yoongi menghembuskan nafas malas, Lisa dengan berani melotot padanya menjadi lebih galak seperti anak kecil yang kesal karena tak di perhatikan.

"Jadi ada apa?" Ia pasrah, percuma memarahi Lisa terutama di tempat umum seperti ini. Orang-orang akan lebih percaya pada gadis itu, ia terbiasa menjadi tersangka dan Yoongi juga yakin orang tak akan ragu jika Lisa mengatakan ia telah memukulinya.

Lisa menyedot cokelat dingin miliknya lantas membenarkan posisi duduk, berdeham terlebih dahulu dengan senyum lebar. Yoongi selalu heran kenapa Lisa terus terlihat seperti itu; maksudnya, Lisa ibarat seseorang yang penuh energi dan antusias.

"Kau percaya dengan kekuatan doa?" Mata Lisa berbinar, tinggal tambah lampu di dekatnya maka ia bisa berkelip laksana bintang.

"Ya."

"Tsk! Tak bisa lebih panjang?"

"Yaaaaaaa." Sudahlah, Lisa pasrah, Yoongi memang selalu begitu.

"Coba tebak apa doaku?"

"Menjadi kaya." Jawab Yoongi yakin, dan Lisa segera bertepuk tangan heboh, merasa bangga jika kekasihnya memperhatikan dirinya, tolong di ingat dia ini Min Yoongi.

"Benar! Woah... Kau tahu betapa senangnya aku karena kau masih ingat itu?"

"Lisa, aku tak pikun." Lisa tersenyum lebar, menjadi isyarat permintaan maaf karena tak langsung mengiyakan pemikiran Yoongi.

"Tapi ada doa lain."

"Apa?"

"Aku ingin berkencan dengan seseorang yang tampan, memiliki senyum semanis gula, bukan pencari perhatian," lalu Yoongi merasakan Lisa yang bersandar di pundaknya. Jika ini orang lain maka dengan senang hati ia akan menyingkirkan dari badannya dan menendang sekuat tenaga. Tapi ini Lisa, mana bisa Yoongi seperti itu. Gadis ini entah bagaimana caranya sukses menjadi pengecualian di kehidupannya.

"Dan tadaaaa! Kau disini, menjadi jawaban segala doa!"

"Itu bagus." Jawabnya sembari mengangguk yakin, berusaha menahan senyum di bibirnya. Ia tak mau Lisa semakin besar kepala dan meledeknya terus menerus.

"Hanya itu? Tsk Aku sampai tak terkejut lagi!"

"Seharusnya aku menambahkan tinggi badan saat berdoa." Gumam Lisa, namun masih bisa dengan jelas di dengar Yoongi. Gadis ini tengah meledek rupanya.

"Lisa... Kau percaya karma?" Kali ini Yoogi yang bertanya dan Lisa mengangguk antusias, ia selalu senang setiap mendengar cerita Yoongi. Lelaki itu tertutup, dan kepercayaan darinya adalah hadiah untuk Lisa.

"Kau tahu aku tak suka berada di tempat berisik, seseorang pemaksa, seenaknya dan cerewet?" Lagi. Gadis itu begitu semangat menanggapi perkataan Yoongi.

"Tapi tebak?"

"Apa?! Apa?!"

"Aku sekarang disini, tempat yang amat bising dan yang paling buruk...bersama mu." Lisa mengerjapkan matanya cepat dengan mulut terbuka, kemudian mendengus tak menyangka bahwa Yoongi sungguhan mengatakan hal itu.

"Ya!"

"Ya itu benar." Timpalnya enteng, mengangguk serius sembari menatap Lisa. Tak terima, gadis itu lantas berdiri, akan pergi jika Yoongi tak menahan tangannya sembari tertawa puas "Aku bercanda... Ayo duduk!" Lantas menarik tangan Lisa lembut agar kembali duduk di sampingnya, gadis ini tengah merajuk.

"Kau bohong!"

"Apa lagi?" Ia bertanya dengan sabar, memperhatikan Lisa dengan seksama.

"Tadi bukan candaan!"

"Wah ternyata kau sangat peka."

"HEI! Min Yoongi!" Pria itu terkekeh puas, setidaknya mereka seimbang sekarang.

membicarakan tentang karma, Yoongi yakin saat ini pasti ia benar-benar tengah menjilat ludahnya sendiri karena menyukai Lisa yang seperti itu, tak peduli meski beberapa orang melirik mereka karena Lisa terus berteriak padanya.

lalalisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang