TCWM | 25

11.3K 406 23
                                    

HAPPY READING

Aku berdiri terdiam di depan pintu. Aku melihat Rara mengemas barang-barangnya.

"Aku akan bertukar kamar dengan Dewi. Dewi tak masalah sekamar denganmu" Rara mendorong kopernya melewatiku. Aku menahannya.

"Ra! Kita bisa berbicara baik-baik" bujukku. Dia berhenti dan menatapku lurus.

"Aku tak pernah menyuruh Christian untuk mengurus kamu bisa KKN disini dan juga aku baru tau kalau Chris pemegang saham di kampus kita disaat kita sudah ada di Singapur. Aku bahkan baru bertanya denganmu tentang Chris pemegang saham dikampus kita. Rara aku serius tak tau apa-apa tentang itu" jelasku.

Rara melepas genggamannya dari pegangan kopernya. "Harusnya aku sadar, kamu tak mungkin melakukan itu. Aku yang bodoh menyalahkan mu tentang masalah ini" aku tersenyum tulus kearahnya,

"Jadi tak ada masalah lagi diantara kita?" ku genggam kedua tangannya. Rara melepas genggaman tangan kami.

"Airin kamu itu cantik, banyak orang yang mau berteman denganmu. Kamu memiliki orang-orang yang rela melakukan apa saja untuk mu dan kamu bahkan memiliki Christian yang sangat mencintaimu. Dan karena itu terkadang aku cemburu. Jadi sepertinya kita butuh ruang masing-masing sementara waktu"

Rara mendorong kopernya keluar dari kamar. Aku mengikutinya dari belakang, ku tahan Rara yang sedang berjalan.

"Kamu tak usah pindah. Biar aku saja yang pergi" setelah berkata seperti itu, aku mengambil tas yang ku pakai tadi dan berjalan menuruni tangga dan keluar dari apartement.

Aku berjalan tak tentu arah, langit sudah mulai menggelap. Udara semakin dingin sedangkan aku memakai pakaian yang tipis. Sejauh mata memandang hanya ada gedung apartement.

Aku terus berjalan dan diujung jalan ku lihat sebuah halte. Air mataku menetes tak dapat ku tahan, hatiku sakit dan juga kecewa. Tetapi aku tak ingin menyalahkan Rara sehingga di dalam pikiranku aku terus menyalahkan diriku sendiri. Aku berjalan sambil menangis untung saja jalanan disini sangat sepi sehingga tak ada yang melihatku menangis.

Aku berhenti di halte bus. Ku dudukkan diriku, dan tangisanku pecah. Aku terus mengusap air mataku tetapi tak dapat berhenti. Aku mengambil ponselku dan mencari kontak Christian. Ku tenangkan perasaan ku, ku atur nafas dan nada suara ku sebelum Christian mengangkat telfonku.

Airin :
Chris?

Panggilku dengan seseguhan diujung suaraku

Christian :
Airin? Ada apa?

Aku mendengar suara Christian terkejut dan sangat khawatir

Airin :
Jemput aku

Christian :
Dimana?

Airin :
Halte dekat asrama

Christian :
Tunggu aku disana

Aku mematikan sambungan telefon kami. Ku masukkan ponselku kedalam tas, aku melihat ada sebungkus tissue di dalam tasku. Aku mengambilnya. Aku mengelap air mataku dan juga wajahku, setelah itu menatap lurus kedepan dengan pikiran melayang-layang.

Tak lama sebuah mobil hitam berhenti di depanku. Aku tau itu mobil Christian, dan benar sesaat mobil tersebut berhenti Christian keluar dari mobil. Dia berjalan dengan cepat menghampiriku dan disaat dia telah berdiri di depan ku aku memeluknya dan menangis dipelukannya. Dia mengelus belakang kepalaku.

The CEO Wants Me ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang