TCWM | 18

14.4K 452 3
                                    

HAPPY READING

"Jadi minggu depan kita final yah?" tanya Prof Erik. Aku membulatkan mataku, ku lihat catatan terakhirku dan itu benar hari ini adalah pertemuan ke 15 jadi minggu depan kita ujian.

Aku hanya tersenyum dan mengangguk menanggapi pertanyaan Prof Erik. Aku melihat sekeliling kelas, semuanya pada heboh karena perkataan Prof Erik.

"Finalnya bagaimana Prof? Sistematis nya bagaimana?" tanya ketua tingkat pada kelas ini.

"Kalian maunya ujian atau tugas saja?" tanya Prof Erik lagi. Kelas lebih heboh lagi, berdebat yang mana lebih baik diantara tugas atau ujian dan seperti biasanya aku hanya ikut suara terbanyak saja, mau tugas atau pun ujian keduanya sama saja, sama-sama harus belajar :'(

"Karena aku lihat kalian masih memerlukan waktu untuk berfikir, jadi aku beri waktu hingga besok keputusan kalian. Nanti biar ketua tingkat yang menghubungi ku" ucap Prof Erik setelah itu dia melangkahkan kaki keluar dari kelas.

Kelas masih ramai seperti tadi, kedua kubu antara tugas dan ujian pun terbentuk. Yang memilih tugas terus mempengaruhi orang seperti aku 'yang tidak memilih apapun' dengan berbagai kelebihan tugas, dan pastinya di tentang oleh mereka yang memilih ujian.

Kepala ku pusing, suara di kelas ini sangat bising apalagi Tirah dan Rara berada di kubu yang berbeda. Tirah memilih tugas sedangkan Rara memilih ujian, dan mereka terus saja menjatuhkan satu sama lain.

"Jadi kamu milih yang mana rin?" tanya Rara, aku hanya mengangkat kedua bahu ku, mereka menatapku malas.

"Kamu harus memilih jangan mengikuti arus saja!" kata Tirah. Aku tidak menghiraukan perkataannya dan terus membereskan barang-barangku, memperbaiki riasanku, karena sebentar aku akan bertemu Christian.

Aku meninggal kelas setelah perdebatan panjang antara Rara dan Tirah yang saling mempengaruhi ku, dan karena mereka tidak membiarkan ku keluar dari kelas kalau belum memilih satu diantara kedua pilihan itu maka terpaksa aku memilih ujian. Terdengar mengerikan tetapi itu adalah pilihan yang cukup baik, dari pada aku harus menambah satu hal lagi di daftar tugas-tugas ku.

Aku menatap ponselku dengan senyum yang terus melekat di wajahku,

Christian :
I'm on my way to you

Aku membacanya sekali lagi dan ketawa kecil dari mulutku tak dapat ku cegah.

"Serius banget" Aku terkejut mendengar perkataan seseorang yang sangat dekat dengan telingaku. Aku menoleh dan mendapati Adrian sedang menatap ponselku, aku menaruh ponselku kedalam saku celanaku dan menatapnya bingung.

"Kamu lagi nunggu jemputan?" tanya Adrian.

"Iya" jawabku singkat, dia mengangguk-ngangguk menanggapi perkataanku sambil menatap kearah depan. Aku menatapnya heran, dan memutuskan untuk tidak memperdulikannya.

Aku melihat mobil hitam yang sangat familiar sedang berjalan kearahku,

"Kalau begitu aku pulang duluan!" Adrian menepuk atas kepala ku ringan, aku mengangguk membalas perkatannya dan memperbaiki rambutku yang aku tau itu tidak berantakan.

Adrian melangkah menjauh bersamaan dengan mobil hitam tadi berhenti di depan ku, aku tersenyum lebar layaknya orang bodoh.

Seseorang yang aku rindukan keluar dari mobil tersebut, dia berjalan kearahku, tersenyum dan merentangkan tangannya. Aku berjalan mendekatinya dan menerima uluran tangannya dan menenggelamkan diriku kedalam pelukannya.

"Aku sangat merindukan mu babe" ucap Christian, aku tak menjawab perkatannya melainkan memeluknya lebih erat. Christian sedikit tersentak karena pelukanku.

The CEO Wants Me ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang