Beberapa orang ada yang datang menjadi pelajaran dan pengalaman, sisanya kenangan. Makanya, kalau ada tamu suguhkan kopi bukan hati.
-----Hari sudah hampir sore, matahari seakan menutup dirinya digantikan dengan awan. Lampu jalanan mulai menghiasi dan menghidupkan kota. Diatas motor ninja merah kini, gita dan gavin berada. Membelah jalanan yang masih ramai pengendara berlalu-lalang.
"Mau kemana sih rumah gue bukan arah sini" Ujar gita kesal.
Gavin membuka kaca helmnya sedikit. "Main bentar, nggak akan buat lo balik pagi kok"
Gita hanya berdecak kesal. Dalam hati ia menyesal karna mau ikut bersama gavin. Tapi mau bagaimana lagi, daripada sampai sore ia tidak dapat bis, bisa gawat. Sebenarnya bisa saja memesan ojek online, hanya saja ia takut karna pernah pengalaman saat naik ojek online nyasar, untung ada orang baik yang mau mengantarnya sampai rumah. Sejak saat itu ia tidak lagi mau naik ojek online, selain pernah nyasar, ia juga tidak kenal dengan pengendaranya dan tidak nyaman.
****
Gavin menghentikan motornya, lalu memarkirkannya. Gita turun dari motor dan melihat sekeliling. Saat ini keduanya tengah berada di kawasan kota tua. Dilihatnya banyak pedagang yang menjajakan dagangannya. Ia ingat, dulu waktu kecil sering sekali kesini bersama kedua orang tuanya. Tapi sudah lama sekali ia tidak kesini, orang tuanya terlalu sibuk dengan pekerjaannya.
"Yuk" Ujar gavin yang membuyarkan lamunan gita.
Gita menurut, dan mengekori gavin dibelakangnya. "Ck, lo ngapain dibelakang, babu gua tah?"
Gita memutar kedua bola matanya, lalu berjalan disamping gavin. Ia melihat-lihat beberapa patung manusia disana dengan berbagai macam dandanannya. Dulu waktu kecil ia mengira itu patung beneran, ternyata itu adalah manusia yang didandani sedemikian rupa seperti patung pada zaman belanda.
"Eh kesitu yuk" Ujar gita, lalu menarik tangan gavin dan melihat penyanyi jalanan tengah mengadakan konser dan dikerumuni beberapa wisatawan.
Gavin terkejut dengan perlakukan spontanitas dari gita. Tanpa sadar seutas senyuman terukir dibibirnya. Ia melihat gita yang senang sambil bertepuk tangan dan bahkan ikut menyanyi. Tiba-tiba gita masuk kedalam kerumunan dan ikut berjoget disana. Ia terkejut bukan main, pasalnya gita tidak malu-malu dilihat banyak orang.
"Lo ngapain masuk situ tadi ikutan joget? Nggak malu?" Tanya gavin yang kini keduanya sudah selesai dan melanjutkan mengelilingi kota tua.
Gita terkekeh kecil. "Haha ya enggaklah, kenapa harus malu. Ngapain ngeliatin orang, kan bahagia itu kita sendiri yang ciptain" Ujarnya, lalu tersenyum.
Perasaan gavin mencelos saat gita berbicara seperti itu. Dan baru kali ini ia melihat gita yang disekolah selalu jutek dan cari masalah dengannya, kini tersenyum dan tertawa bersamanya.
"Eh fotoin gue disitu ya" Ujar gita, lalu mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya. Meminta gavin untuk memotret dirinya didepan museum Bank Indonesia, yang menjadi ikon dari kota tua.
Cekrekkk.... Foto berhasil di abadikan.
"Eh bentar" Ujarnya, lalu memanggil salah satu orang yang ada disana. "Tolong ya bang, fotoin saya sama pacar saya"
Gita mengerutkan dahi kearahnya, namun gavin tersenyum. "Jangan ngeliatin gitu, ntar naksir"
Buru-buru gita memalingkan mukanya, lalu tersenyum seadanya. Dan satu foto lagi, diabadikan. Keduanya kini kembali berjalan menyusuri kota tua, sebenarnya kalau terus ditelusuri kota tua ini terbilang cukup luas, ada beberapa gang diantaranya. Sampai akhirnya mereka memutuskan untuk beristirahat sebentar didepan alfamart yang ada dikawasan kota tua.
Gita duduk sendirian ditempat yang telah disediakan, selagi menunggu gavin yang tengah membeli minuman. Tiba-tiba ia melihat seseorang yang sangat dikenalnya, bersama seseorang dengan tangan menggandeng cewek disampingnya; Abimanyu. Teman sekolah sekaligus mantannya.
"Nih" Ucap gavin yang tiba-tiba datang, sehingga menutupi Abi dari pandangannya.
Gavin yang merasa aneh, ikut menengok kearah yang gita tuju. "Ada apaan sih?"
"Ck enggak, gaada apa-apa. Thanks ya, berapa?" Ucap gita mengelak, sambil mengeluarkan dompet dari dalam tasnya.
"Gausah. Gratis buat lo" Ujarnya, lalu mengedipkan mata.
"Lo kenapa sih? Mata lo bintitan ya?" Tanya gita dengan nada suara yang cukup keras, membuat beberapa pengunjung yang ada disana menengok kearahnya.
Gavin berpura-pura tersenyum kearah pengunjung lain yang melihat kearahnya. "Sstt mulut lo toa banget sih" Ujarnya sedikit berbisik, lalu gita tertawa.
"Lo ngeliatin apaan sih, dari tadi" Tanya gavin celingak-celinguk melihat gita gelisah seperti tengah melihat seseorang.
Gita menunduk, lalu membuka minuman yang ada didepannya dan meneguknya. "Itu mantan gue"
"Yang mana?" Tanya gavin, yang masing menengok kebelakang.
"Udah jangan diliatin ntar ketauan" Ujar gita.
"Ohhh itu bukannya, Abi? Oh jadi lo mantannya Abi yang anak futsal itu?" Tanya gavin, lalu tertawa.
Gita berdecak kesal, karna ditertawakan gavin seperti itu. "Ck apaan sih"
"Haha yuk. Udah kan?" Tanya gavin, yang kemudian menggandeng tangan gita. Ternyata ia menemui Abi yang tengah berdiri menunggu cewek didepannya selesai berfoto.
"Hai bi" Ujar gavin dengan tangannya yang menggenggam gita disampingnya. Gita menunduk malu.
"Oh, hai vin" Ujarnya, lalu tatapannya terhenti melihat cewek disamping gavin dengan tangan digenggamannya. "Halo git, apa kabar"
Gita mendongak melihat abi disana. Tatapan itu, sungguh membuat luka lama kembali bersemi. Gita tersenyum singkat. Dilihatnya, cewek yang tadi bersamanya ternyata adalah cewek yang dulu pernah kepergok jalan bersama Abi sewaktu keduanya masih pacaran. Ternyata benar, keduanya memang menjalin hubungan, bahkan sampai sekarang jalan bersama.
"Nungguin siapa?" Tanya gavin memecah suasana.
Baru saja Abi ingin menjawab, tiba-tiba ada cewek yang memanggilnya. Raut wajah abi mendadak berubah tidak enak dan melihat kearah gita. "Udah, yuk sayang" Ujar cewek tersebut.
"Yaudah vin, duluan ya. Bay vin, git" Ujarnya, lalu pergi meninggalkan keduanya.
"Lo kenapa diem a...." Tanya gavin kepada gita setelah kepergian keduanya. Belum sempat ia menyelesaikan pertanyaannya, gita pergi meninggalkannya.
Gita berlari ke sebuah tempat yang didepannya terlihat seperti danau, letaknya masih disekitaran kawasan kota tua. Tanpa sadar setetes cairan bening jatuh dipipinya. Ia menangis, luka lama yang selama ini sudah ia sembuhkan kembali terbuka. Sakit rasanya menghadapi kenyataan bahwa mantannya benar-benar berpacaran dengan orang yang dulu dicurigainya. Padahal dulu Abi selalu mengejarnya untuk menjelaskan kalau cewek itu bukanlah siapa-siapanya, tetapi hari ini semuanya terbukti jelas.
Tiba-tiba gavin datang dan duduk disampingnya. "Lo kalo mau nangis, nangis aja nggak papa" Ujarnya.
Gita tak menengok kearahnya sama sekali. Matanya masih menuju ke danau yang ada didepannya. Tangisannya semakin pecah, bahkan sampai terisak. Gavin mengulurkan tangannya, lalu memeluknya. Kini, gita sudah berada dalam pelukannya. Sesekali ia mengelus puncak kepala gita dengan lembut.
-----
Kali ini part nya gavin dan gita yaa..
Ada yang sukaa? Hehe. Kalo suka jangan lupa vote yaa....See uuu🌟🌟🌟

KAMU SEDANG MEMBACA
BLOW ME
Teen Fiction🌻Ada yang bilang cinta itu indah. Tapi bagiku cinta itu pahit, berkali-kali aku merasakan yang namanya sakit hati. Selalu bangkit, lalu jatuh kembali dilubang yang sama. Entah aku yang salah memilih orangnya atau memang ada yang salah dengan diriku...