Masa lalu boleh menjadi pelajaran dan kenangan. Tetapi jangan bawa masa lalu untuk kembali. Tau apa kunci bahagia? Hidup lurus kedepan tanpa menengok apa yang telah terjadi dibelakang.
-----Sinar matahari terasa begitu terik, menusuk kulit hingga membuat mata terpejam. Dibawah atap yang beralaskan tempat duduk kayu panjang, kini gita dan abi berada. Beberapa gedung-gedung yang menjulang tinggi terlihat dari atas oleh keduanya. Polusi yang bertebaran dan kebisingan kota terlihat jelas dari sini.
"Ada apa?" Tanya gita yang kini duduk dikursi panjang.
Abi menengok kearahnya, lalu ikut duduk disampingnya. "Gue mau tanya. Lo ada hubungan apa sama gavin?"
Gita mengernyitkan dahinya, lalu menengok kearahnya. Ia baru tersadar, kalau kemarin ia bertemu dengannya saat sedang bersama gavin. "Nggak ada apa-apa". "Kenapa?"
"Gue minta maaf" Ujarnya menunduk.
Gita tak menengok kearahnya sama sekali. "Buat?"
"Buat semuanya. Gue, gue kemaren jalan sama Tasya"
Gita terkekeh kecil, lalu menggoyangkan kakinya yang kali ini diselonjorkannya. "Hh terserah elo juga. Bukan urusan gue"
"Git" Ujarnya, lalu memegang tangan gita dengan raut muka yang serius. "Gue nggak berniat ngehianatin elo, tapi gue nggak tau perasaan ini mulai kapan"
Gita menengok kearahnya dengan tangan yang masih digenggamannya. "Lo nggak usah capek-capek jelasin sama gue. Mau perasaan lo itu dimulai dari bayi kek kapan kek. Gue udah nggak perduli" Ujarnya.
Ia bangkit dari duduknya dan segera menepis tangannya. "Udah? Mau ngomongin ini aja?" Tanyanya.
Abi diam tak bergeming, ia hanya melihat sorot mata gita dengan sendu.
"Gue balik deh. Duluan" Ujar gita, lalu pergi. Namun, langkah kakinya berhenti dan menengok kearah abi yang masih terduduk disana.
"Oh iya gue mau bilang. Ada atau nggak ada hubungannya gue sama gavin. Bukan urusan lo" -tambahnya, lalu pergi meninggalkan abi sendirian disana.
Abi diam dan hanya bisa menatap punggung gita yang semakin lama semakin menghilang. Ada satu hal yang tidak gita ketahui perihal dirinya. Ia merasa harus memperbaiki hubungannya dengan gita, entah untuk menjadi teman, sahabat, atau kekasih kembali.
****
Gita turun dari roptoof dan menuju ke kantin, karna bel istirahat yang sudah berbunyi sejak tadi. Sebenarnya tadi wiwit sudah meng-chatnya untuk langsung ke kantin ketika masalahnya dengan abi sudah selesai. Dengan wajah murung dan kesal, ia buru-buru melangkahkan kakinya menuruni anak tangga. Namun tiba-tiba langkahnya terhenti karna dilihatnya gavin yang berdiri disana.
"Ck apaan sih" Ujarnya kesal.
Gavin merentangkan tangannya antara tembok dan tangga, sehingga mengunci gita disana. "Lo abis ngapain diatas?" Tanyanya.
Gita memutarkan bola matanya kesal. "Nggak ngapa ngapain"
"Oh gue faham" Ujar gavin yang menengok keatas dan dilihatnya ada abi yang juga turun dari sana.
Gita mengernyitkan dahinya bingung, lalu mengikuti arah pandang gavin. Lalu memutar kedua bola matanya. "Minggir" Ujarnya ketus.
Namun, gavin masih terdiam disana tak bergerak sedikitpun. Sampai tiba-tiba abi memegang lengannya. "Git"
"Apa lagi sih!!!" Ujar gita ketus, bahkan kali ini nada bicaranya agak tinggi, membuat gavin yang didepannya pun terkejut. "Udah kan!! Apalagi!!" -tambahnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOW ME
Teen Fiction🌻Ada yang bilang cinta itu indah. Tapi bagiku cinta itu pahit, berkali-kali aku merasakan yang namanya sakit hati. Selalu bangkit, lalu jatuh kembali dilubang yang sama. Entah aku yang salah memilih orangnya atau memang ada yang salah dengan diriku...