Aku hanyalah seorang pencinta bukan pejuang. Tapi kali ini aku akan menjadi keduanya, menjadi pejuang sekaligus pencinta dalam menggapai cintamu. -Gavin
-------Gavin tengah mendribble bola basket yang kini berada ditangannya. Ia terlihat fokus mengangkat tangannya untuk memasukkan bola kedalam ring. Namun, ayunan tangannya terhenti, belum sempat ia memasukkan bolanya. Tiba-tiba Abi datang menghadangnya.
"Ada apaan". Gavin menurunkan bola yang ada ditangannya lalu membuangnya kasar, hingga akhirnya bola tersebut jatuh tepat dihadapan abi yang kini berada didepannya.
Abi mengambil bola yang kini berada dihadapannya, lalu berjalan mendekat. "Gue mau tanya. Ada hubungan apa lo sama gita?"
Aksa dan Fauzan yang ada disana cukup terkejut dengan pertanyaan Abi. Keduanya tidak mengerti akar permasalahannya dimana dan seperti apa. Pasalnya gavin tidak pernah cerita apapun kepada keduanya, apalagi ini terkait gita yang notabennya tidak pernah dekat dengan gavin.
"Ada atau nggak ada hubungannya gue sama gita. Urusan lo apa?". Gavin mendecih lalu terkekeh pelan.
"Gue mau ngingetin. Jangan lo deketin gita"
Kali ini, gavin terlihat kesal. Ia memajukan langkahnya hingga keduanya berjarak yang sangat dekat. "Kenapa? Lo kan udah jadi mantan"
Abi diam tak berkutik, namun terlihat dari sorot matanya, ia marah dan kesal. Lalu ia beranjak pergi menibggalkan gavin dan teman-temannya. Sepanjang jalan, abi memikirkan tindakan yang sudah ia lakukan kepada gavin tadi. Sejujurnya abi pun tidak mengerti perasaannya terhadap gita. Tapi ia merasa sedikit hatinya masih ada untuk gita, wanita yang sangat menghargai dirinya. Ia tidak rela ketika gita terlihat dekat dengan cowok lain, apalagi gavin. Ia memang merasa bersalah atas kejadian dulu yang menimpa hubungannya dengan gita. Ia tergoda hanya karna gia yang selalu sibuk mengurusi kegiatan osisnya kala gita pertama kali menjabat sebagai ketua osis.
"Arrgghhhhhh". Abi mengacak-acak rambutnya yang kini tengah berada ditoilet.
"Gue nyesel taa" Gumamnya, lalu terduduk.
****
Aksa dan fauzan segera mendekati gavin yang kali ini duduk dipinggir lapangan, sedang beristirahat.
"Sebenernya ada apaan sih. Ngapain si abi ngedatengin elo gitu" Tanya Aksa penasaran.
Gavin menggedikkan bahunya. "Nggak tau"
"Iya gue juga denger bawa-bawa nama gita. Emang lo ngapain sama gita?". Ujar ojan yang kali ini ikut duduk disamping gavin. "Jangan jangan lo pelakor ya"
"Sembarangan kalo ngomong. Pelakor itu perebut suami orang. Lo kita gue gay" Ujar gavin memukul lengan ojan dengan botol kosong bekas minuman yang ia minum.
Aksa tertawa mendengarnya.
"Seneng lo, gue gay"
"Ih ya enggak lah. Najis gue mah. Kalo lo gay udah gua tinggalin dari dulu". Aksa menggedikkan bahunya ngeri.
"Hahaha iya, nanti lagi nongkrong. Terus gavin nimbrung malah grepe-grepe hahaha". Ojan tertawa begitupun dengan Aksa yang makin menjadi tawanya.
"Sialan"
"Eh tapi serius deh. Lo beneran kenapa sama gita?" Tanya aksa kembali penasaran.
"Gue kan waktu itu balik sama gita, main dulu. Abis itu ketemu tuh sama abi ternyata abi itu mantannya gita. Ya, mantan yang masih dalam ingatan gitu" Jelasnya panjang lebar.
"Demi apa mantannya gita?" Tanya Aksa terkejut.
Gavin menganggukkan kepalanya.
"Lo beneran mau ngedeketin gita?"
"Iyalah beneran. Kapan gue ngomong nggak pernah serius" Ujarnya, lalu berdiri.
"Parah parah. Ya itu juga kalo lo bisa". Fauzan ikut berdiri, lalu ketiganya menuju ke kelas karna jam olahraga telah selesai.
Gavin menghentikan langkahnya, lalu menoleh kebelakang. "Apa yang nggak gue bisa. Lo liat aja nanti"
****
"Git lo serius nggak mau nebeng gue aja" Ujar lulu yang kini tengah berada diparkiran. Hari ini lulu membawa motor, sebenarnya biasanya ia memang membawa motor, hanya saja terkadang ia malas, sehingga lebih memilih diantar atau naik ojek online.
"Enggak deh, gue mau mampir beli buku buat dana usaha osis dulu"
"Kok elo yang beli git?" Tanya wiwit.
"Iya, soalnya Tika nggak masuk. Jadi kemaren ngasih duit bendahara ke gue. Ya, daripada kasih ke anggota lain kan, takut nggak dibeliin nanti. Jadi gue aja"
Wiwit dan lulu mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Yah nando nggak jadi jemput, dia ada latihan basket" Ujar wiwit yang mengecek ponselnya.
"Nah yaudah bareng lulu aja. Kan lulu juga sendirian" Ujar gita yang kemudian disertai anggukan dari lulu. "Yaudah kita duluan ya, dah git"
Gita mengangguk, lalu melambaikan tangannya. "Iya hati-hati". Keduanya pun melaju.
Gita berdiri didepan gerbang menunggu bis yang biasanya ia naiki. Beberapa murid juga terlihat berlalu-lalang keluar dari gerbang. Ada yang sudah dijemput, ada juga yang masih menunggu angkutan umum dan bis.
"Git". Abi yang tiba-tiba datang dan memegang tangannya.
Gita menepis tangannya dengan kasar, ia menengok dengan tatapannya yang sinis. "Apasih"
"Git gue mau ngomong sama lo bentar. Gue nggak pacaran sama yuli. Percaya sama gue git" Ujarnya dengan tatapan memohon.
Gita memutar kedua bola matanya dan berusaha melepaskan tangannya dari genggaman abi.
"Ada apaan nih". Beruntung ada gavin yang tiba-tiba datang, sehingga gita bisa mencari alasan untuk pergi. "Ngapain lo bi"
"Ini urusan gue sama gita vin" Ujarnya
Gavin melepaskan helmnya, lalu turun dari motor menghampiri keduanya. "Wah lo kok nyolot sih"
"Cih, nggak usah ikut campur deh vin kalo nggak tau masalahnya" Ujarnya
Tangan gavin terkepal, rahangna mengeras, pandangan matanya mulai tajam. Ia merasa tersulut emosinya akibat pernyataan dari Abi. Ia tidak terima kalau diremehkan seperti ini.
Gita yang melihat raut wajah gavin yang mulai berubah, kini berusaha menenangkannya.
"Udah vin, biarin. Yuk balik". Gita bingung. Akhirnya ia memilih untuk pulang bersama gavin. Daripada nanti suasana semakin runyam. Ia tidak mau ada perkelahian.
Alhasil, ia bergegas menaiki motor gavin dan keduanya melaju. Sementara disana, abi masih berdiri dengan tatapan yang kesal.
****
"Lo nungguin gue ya dari tadi" Ujar gavin ditengan perjalanan.
"Enak aja. Geer amat sih"
Gavin tertawa melihat raut muka gita yang kesal dari spion motornya.
"Kalo jalan itu ngeliat depan" Ujar gita yang merasa gavin melirik dirinya. "Lo ngeliatin gue mulu, ntar naksir lagi"
Gavin tertawa. Lalu membuka kaca helmnya sedikit. "Kalo udah naksir gimana dong" Ujarnya, yang kemudian mendapatkan pukulan di pundaknya.
Gavin makin tertawa melihat tingkahnya. Menurutnya, gadis ini cukup unik. Sesekali ia bisa berubah menjadi gadis yang lugu, polos, lucu dan menggemaskan. Namun sedetik kemudian ia bisa berubah menjadi gita yang jutek dan judes. Mungkin bagi beberapa murid lain, segan rasanya mengobrol dengan gita. Itulah yang membuat gavin semakin penasaran, terlebih ketika ia tahu kalau ternyata gita pernah pacaran dengan anak satu sekolahnya. Yang artinya, ia pernah membuka hati dan abi berhasil meluluhkan gita.
-----
To be continued😊
Jangan lupa vote dan komennya ya😉🌟🌟🌟

KAMU SEDANG MEMBACA
BLOW ME
Teen Fiction🌻Ada yang bilang cinta itu indah. Tapi bagiku cinta itu pahit, berkali-kali aku merasakan yang namanya sakit hati. Selalu bangkit, lalu jatuh kembali dilubang yang sama. Entah aku yang salah memilih orangnya atau memang ada yang salah dengan diriku...