Hal yang paling sulit dilupakan bukan orangnya, tetapi kenangan indah yang ada didalamnya.
------Gita turun dari bis yang ditumpanginya. Kali ini ia kembali naik bis, sebenarnya bisa saja minta antar Ghani, abangnya. Hanya saja ia malas membangunkannya, membuang tenaga dan sia-sia. Gita berdiri didepan gerbang bertuliskan SMA PERMATA BIRU, lalu masuk kedalam. Saat melewati parkiran, ia melihat gavin duduk bersama sheila disampingnya. Gita berusaha tak menghiraukannya dan kembali melaju kedalam kelas.
Gita berjalan menelusuri koridor yang mulai ramai, biasanya ia akan berangkat pagi sekali ketika naik bis. Hanya saja, bis yang ditumpanginya tadi sedikit terlambat datang, alhasil gita harus menunggunya. Tiba-tiba langkahnya terhenti, dilihatnya ada seseorang didepannya.
Gita menengadahkan kepalanya, ia terkejut karna yang ada didepannya adalah Abi; mantannya.
"Ada apa?" Tanyanya singkat, dengan matanya yang tidak melihat Abi.
"Gue mau ngomong sama lo" Ujarnya, lalu memegang tangan gita. Namun segera ditepis oleh gita.
"Mau ngomong apa?"
"Tapi nggak disini" Ujarnya.
Gita memicingkan matanya, lalu menghela nafasnya. "Nggak usah bertele-tele deh mau apa? Udah mau bel"
Dan benar saja. Bel masuk pun berbunyi, murid-murid yang sedari tadi masih nongkrong didepan kelas segera masuk kedalam. "Udah bel. Gue masuk"
Abi memegang tangan gita, namun kembali ditepis oleh gita dan menatapnya tajam. Lalu, abi memundurkan tangannya. "Gue tunggu istirahat di roftoop" Ujarnya, lalu berbalik.
Wiwit dan lulu yang sedari tadi menyaksikan keduanya dari jendela, segera menyembul keluar. Sebenarnya tadi mereka ingin menyambut gita karna mereka datang terlebih dahulu, tetapi mereka melihat gita yang tengah mengobrol dengan abi, alhasil hanya mengintip.
"Itu abi? Ngapain?" Tanya wiwit sembari melihat punggung abi yang mulai hilang memasuki kelasnya.
Gita hanya berdehem, lalu masuk kedalam kelas meletakkan tas nya diatas meja dan mengeluarkan buku. Sedangkan kedua temannya mengekori nya dengan berbagai pertanyaan.
"Kok bisa sih git, lo ada masalah apa gimana?"
Gita menghela nafasnya, lalu menengok kedua temannya yang kini sudah duduk sempurna tepat dihadapannya. "Nggak tau, bilangnya ada yang mau diomongin"
"Wah jangan jangan... ngajak balikan lagi git" Ujar lulu yang kemudian mendapat lemparan kertas dari wiwit.
"Berisik deh, gita aja nggak tau ih"
"Ya enggaklah, orang dia juga udah punya pacar" Ucap gita sembari bukunya lembar demi lembar.
Wiwit yang sedari tadi duduk lurus, kini ia memutar korsinya benar-benar menghadap gita, begitupun dengan lulu yang kini pindah menjadi duduk dimeja gita. Keduanya menatap gita dengan serius, menunggu pernyataan selanjutnya.
"Kemaren gue ketemu dia. Sama ceweknya"
"Demi apaa!! Dimana?" Tanya wiwit penasaran.
"Di kota tua. Sama ceweknya yang waktu itu pernah gue ceritain sama lorang yang gue curigain itu. Dan ternyata bener"
Tiba-tiba lulu menggebrak meja gita. "Tuh kan bener si pelakor itu" Ujarnya dengan suara yang agak tinggi.
"Ssttt mulut lo itu bisa nggak sih nggak usah kayak toa masjid dulu" Ujar wiwit, yang kemudian mendapatkan cengiran dari lulu.
"Eh bentar deh, lo kok bisa sampe kotu? Ngapain?" Tanya wiwit penasaran.
Gita terkejut dengan pertanyaan wiwit, lidahnya terasa kelu, ia bingung harus jawab apa. "Sama gavin"
"APAAAAAAA!!!!!!!!" Ucap lulu yang kali ini benar-benar teriak, sampai semua menengok kearahnya. "Kok kok bisaaaa!!!" Tanya lulu lagi.
Baru saja gita ingin menjawab, tiba-tiba bu Gendis masuk. Lulu bahkan sampai lupa bahwa hari ini pelajaran bu Gendis, apalagi ia yang berteriak dan duduk diatas meja.
"Kamu yang duduk diatas meja. Ngapain kamu?" Tanya bu Gendis galak.
Lulu segera turun dari atas meja, lalu menunduk dan duduk ditempat duduknya. Namun sebelumnya, ia sempat menengok kearah gita dan berbisik kepadanya. "Lo utang cerita pokoknya"
"Kalian kerjain soal halaman 50, ibu mau pergi dan dikumpul hari ini juga" Ujarnya, lalu pergi keluar kelas.
"Cihuyyyy. Kerjain woy kerjain" Ujar Tono yang kemudian bangkit dari tempat duduknya.
"Alah lo bilang aja mau nyontek kan, dasar gak ada akhlak" Ujar lulu.
"Kenapa sih sayang, marah marah terus ih" Ujar tono, lalu duduk diatas meja lulu dengan senyumnya yang mengembang.
Lulu menggedikkan bahunya ngeri. "Apasih gila lu tuh ya". "Awasss!!! Pergi nggak!!" Ujarnya, lalu mengambil buku dan memukul tono disampingnya.
"Aw aw aw" Ujarnya. Dan disusul gelak tawa dari seisi kelas, tak terkecuali gita dan wiwit.
"Udah ah cabut kuy" Ujar Aldi yang kini bangkit dari duduknya setelah dari tadi main game di ponselnya. Lalu, ia menyodorkan kertas yang telah diisinya kepada gita sebagai ketua kelas.
"Udah kelar tah lo? Cepet amat" Tanya lulu.
Aldi menaikkan kerah bajunya, lalu menyeringai. "Udah dong, pilihan ganda mah gampil, apa guna kancing baju ini" Ucapnya, disertai gelak tawa dari teman-temannya.
"Cih dasar". Wiwit menggeleng-gelengkan kepalanya.
Anak SMA memang bisa dibilang walaupun tidak pintar tapi mempunyai banyak ide cemerlang terlebih yang menurut mereka ketika kepepet. Bahkan ada beberapa yang memanfaatkan penghapus lalu dipotong dadu dan ditandai dengan pensil/pena seperti dadu ular tangga, lalu memutarnya untuk mendapatkan jawaban.
"Wey bentar lagi nyalin nih" Ujar tono yang sedang serius mencontem hasil kerja Aldi dan teman-temannya.
"Dah rebes, nih git. Punya abang tono yang tengah aja ya" Ujarnya lalu menyelipkan kertas jawabannya ditengah, antara jawaban lainnya. Dengan alasan agar tidak diperiksa terlebih dahulu, sehingga tidak terlihat kalau jawabannya salah.
Merekapun segera pergi meninggalkan kelas, namun saat sampai didepan pintu. Aldi berteriak.
"Woy git ada yang nyariin elo nih" Ujarnya.
Gita menengok kearahnya, begitupun dengan lulu dan wiwit yang sedari tadi masih fokus pada tugasnya. "Siapa?" Tanya gita.
"Abi". Lalu Aldi terlihat menepukkan bahu Abi dan pergi keluar.
Satu kata yang membuat perasaan gita mencelos, jantungnya berhenti berdetak. Ia diam tak berkutik, lalu wiwit memegang tangannya.
"Udah nggak papa, samperin dulu. Tapi inget jangan baper"
Gita menghela nafasnya, lalu mengangguk dan tersenyum. Ia berjalan keluar melihat siapa yang datang. Ternyata benar. Abi; mantannya, lebih tepatnya mantan yang masih dalam ingatannya.
"Ada apa bi?" Tanyanya.
------
Duhh kira kira abi mau ngapain yaaa....
Vote yuk🌟🌟Yang udah vote, author mau ngucapin makasih banyak yaa udah mau setia baca BM😊😊
TBC🙋
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOW ME
Teen Fiction🌻Ada yang bilang cinta itu indah. Tapi bagiku cinta itu pahit, berkali-kali aku merasakan yang namanya sakit hati. Selalu bangkit, lalu jatuh kembali dilubang yang sama. Entah aku yang salah memilih orangnya atau memang ada yang salah dengan diriku...