CHAPTER 6

91 17 3
                                    

Persahabatan itu bukan tentang siapa aku dan siapa kamu tapi tentang siapa dan bagaimana kita. Saling menguatkan, terbuka dan mampu berbagi suka dan duka.
--------------

Pagi ini matahari tidak seindah dan secerah biasanya. Untuk hari ini, sinarnya kalah dengan awan gelap yang datang bersama teman-temannya. Angin berhembus kencang bahkan seperti menusuk kulit Gita melalui celah switter peach yang dikenakannya.

Gita turun dari bis yang ia naiki, biasanya ia diantar kesekolah oleh supirnya. Tetapi hari ini, supirnya pergi menemani kedua orang tuanya yang keluar kota pagi-pagi sekali untuk bertugas selama beberapa hari. Lalu, bis melaju sesaat setelahnya turun. Ia memasuki gerbang. Dilihatnya baru ada beberapa murid yang datang, dan satpam yang jaga seperti biasanya. Ia tersenyum ramah ke satpam, lalu berjalan masuk ke kelas.

"Huh".

Gita meletakkan tas hitamnya diatas meja, lalu membuka novel yang sengaja ia bawa. Karna ia tau, kalau naik bis pasti akan sampai dikelas lebih pagi, sehingga ia berinisiatif membawa novelnya untuk dibaca ketika kelas masih sepi.

Baru saja membuka lembaran ketiga, ia dikejutkan oleh Lulu yang datang dengan berlarian.

"Yaampunnnn mimpi apa gue semalem" Ujarnya seraya menepuk-nepukkan pipinya dan tersenyum sumringah.

"Lo kenapa sih? Kesambet?" Tanya Gita penasaran.

Lulu menengok kearahnya, lalu duduk diujung meja Gita. "Lo tau nggak, tadi gue ditegor Gavin didepan kelas"

Gita memutar kedua bola matanya. Ia yang tadinya ikut senang ketika melihat Lulu dengan wajah gembiranya, kini berubah menjadi malas. Gita memutar badannya, lalu kembali berkutat pada buku bacaannya.

"Ih seneng banget gue, tuh git coba lo pegang nadi tangan gue, cepet gini detaknya" Ujar lulu seraya memegang tangannya, kemudian menyodorkannya kepada Gita.

Gita memicingkan matanya, lalu mendengus. "Apaan sih lebay deh lo, kayak ngeliat malaikat aja"

"Ya emang malaikat, malaikat pencuri hatikuu. Aww" Ujarnya sambil tertawa.

"Ih malaikat apaan. Malaikat pencabut nyawa mah iya"

"Ish lo mahhhh".

Saat keduanya tengah asik mengobrol tiba-tiba Wiwit datang dengan mukanya yang ditekuk, lusuh seperti baju yang belum digosok. Ia menghempaskan badannya dengan kasar, lalu menelungkup.

Gita dan Lulu saling berpandangan, menatap wiwit dengan terheran-heran. Tak lama, terdengar isak tangis darisana. Keduanya langsung menenangkan Wiwit.

"Wit kenapa?" Tanya gita hati-hati. Saat seperti ini mungkin kata "kenapa" sulit sekali diucapkan, takut-takut membuat seseorang menangis lebih kencang.

Wiwit menengadahkan kepalanya, lalu melihat kedua sahabatnya disampingnya. "Gue berantem sama Nando" Ujarnya disela isakan.

"Kok bisa? Bukannya lo kemaren balik bareng dia?" Tanya Lulu penasaran. Kemarin ia memang pulang dengan wiwit karna gita yang pergi ke ruang kepala sekolah terlebih dahulu. Namun, saat itu wiwit dijemput oleh Nando; pacar yang sudah menemaninya selama 2 tahun.

"Nanti aja deh gue ceritanya" Ujarnya, lalu menghapus sisa air matanya. Dilihatnya bu Hani yang masuk kedalam kelasnya. Seakan mengerti, gita dan lulu mengangguk, lalu kembali ketempat masing-masing.

BLOW METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang