CHAPTER 15

49 6 6
                                    

Usahakan sebelum membaca vote ya hehe. Terimagajih, eh terimakasih maksudnya😆😆

Happy reading!!!!
-----

Tuhan menciptakan mulut untuk berbicara dan mata untuk melihat. Tapi Tuhan juga menciptakan dua tangan untuk menutup apa yang tidak ingin kita dengar dan apa yang tidak pantas untuk kita lihat. Kita tidak bisa membungkam berjuta mulut manusia yang mencela, jadi biarlah tangan yang membantu menutupnya.

--------

Bel pulang telah berbunyi yang menandakan pelajaran hari ini telah usai. Bagi murid, bel pulang adalah syurga, dimana mereka bisa pulang dan bebas bermain. Padahal nyatanya ketika kelulusan, mereka akan selalu menantikan masa sekolah yang kembali terulang. Aneh memang, tapi ya begitulah manusia. Tidak pernah puas atas apa yang telah dicapai, selalu merasa kurang dan kurang.

"Aargghhhhh, akhirnya pulang juga" Tono mengerang dari tempat duduknya, merentangkan tangannya keatas. Lalu beranjak berdiri mengambil tasnya.

"Cintakuhhh mau balik bareng abang tono nggak?" Tanyanya, yang tiba-tiba mendekat ke arah lulu.

Tawa terdengar dari anak-anak dikelas. Sudah bukan hal yang aneh ketika tono selalu menggoda lulu dan lulu berkali-kali menolaknya dengan mentah.

"Gak. Males lah gue balik sama lo". Ucap lulu kemudian berdiri mengambil tasnya dan menggandeng gita keluar, disusul oleh wiwit.  "Udah ah yuk cabut"

Tono berteriak dramatis memanggil lulu yang kini meninggalkannya. "Dek kamu tega sama abang dek" Ujarnya, yang kemudian mendapat toyoran dari Aldi.

"Ih gue tuh males banget liat muka tono". Lulu menggedikkan bahunya ngeri ketika ketiganya sudah berada diluar kelas.

Wiwit tertawa melihatnya. "Lo tadi nyanyiin gita lagunya armada; awas jatuh cinta. Nah elo sendiri awas ketulah"

"Ya kalo gita beneran kejadian mah alhamdulillah dia, lah gue kalo sama tono, enggak deng amit amit" Ujarnya sembari mengetuk-ngetukkan jarinya ke kepala. Kalau orang jaman dulu, kalimat amit-amit dengan jari yang mengetuk kepala itu sudah menjadi tradisi. Bahkan sampai saat ini.

"Eh git, lo balik sendirian lagi?" Tanya wiwit yang kini berada disebelahnya.

"Yaampun iya gue lupa. Gue belom ngunci ruang sekret. Kuncinya di gue". Gita menepuk jidatnya, lalu pergi meninggalkan keduanya.

"Gue heran deh, jabatan dia itu kan ketua osis ya, tapi kenapa hampir semua kerjaan dia mau ya nanggungnya" Ujar lulu, ketika melihat gita yang berlarian keruang sekret.

"Yah namanya juga pemimpin. Itu mah namanya nggak egois, saling ngebantu. Nggak tau deh kalo elo yang jadi pemimpinnya. Bukannya baik malah ancur hahaha"

"Wah sialan lo ya!!". Lulu berlari mengejar wiwit yang meninggalkannya dan meledeknya.

****

Gita sampai didepan ruang sekret, lalu merogoh tasnya dan mengambil kunci yang ada didalamnya. Ia berniat mengunci ruangannya, namun tiba-tiba ia merasa terdorong masuk kedalam dan seseorang mengambil kunci dari genggamannya. Gita panik setengah mampus, ia berusaha membuka bahkan mendobrak pintu.

"Ihh siapasihh!! Tolongg bukainn". Gita berteriak meminta tolong. Namun, nihil suaranya yang hampir habis, tak berhasil memunculkan seseorang untuk membantunya.

Gita terduduk lemas didepan pintu dengan lutut yang ditekuk, sambil sesekali mengetuk-ngetuk pintu, siapa tahu ada yang mendengarnya dan datang menolongnya.

BLOW METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang