3. Senyuman Itu

153 25 26
                                    

Aku semakin tidak bisa membaca pikiranmu. Membuatku jadi semakin tidak mengenalimu.

Kamu terlalu misterius. Atau kadang aku berpikir, kamu terlalu labil !

✏...................

Minggu, 5 Agustus 2018

"Dave lo dimana?" tanyaku setelah akhirnya dia baru menjawab panggilanku yang ke delapan.

"Ini udah mau jalan kok."

"Astaga baru mau jalan? Gue udah siap dari satu jam yang lalu tau!" aku mengomel. Kesal sekali padanya.

"Iya sorry, gue bangun terlambat tadi. Tunggu ya, gue ngebut kok."

"Eh jangan ngebut-ngebut. Hati-hati!"

"Oke."

Panggilan dimatikan.

Aku sudah gelisah sejak bangun tidur tadi. Dia bilang akan datang sebelum siang. Tapi sekarang sudah jam 10 dan dia baru mau berangkat katanya.

Dave tinggal di kota yang berbeda denganku. Perjalanan dari rumahnya menuju rumahku berkisar sekitar 1,5 - 2 jam.

Tidur dulu saja lah!

11.15 am

Dave :
Gue udah di depan rumah lo, Aileen.

What?
Perasaan aku tidak mendengar ada suara kendaraan datang di depan rumah.

Dave :
Woi, keluar lah. Lama amat.

Aku mengerjapkan mata beberapa kali. Lalu bangun menuju cermin. Memastikan tampilanku tidak berubah awut-awutan setelah menunggu satu jam. Eh, dia kok cepat sekali? Baru satu jam loh perjalanannya.

Dave :
Aileen, lo tdr?

Astaga nggak sabaran amat sih nih orang, batinku.

Aku keluar dan pandanganku langsung menangkap sosoknya. Dia sedang duduk di atas motor.
Dia mengenakan jeans hitam dan sweater berwarna merah dengan topi putih bergambar panda di bagian depan.
Cute sekali dia.
Dia tersenyum padaku, lalu kubalas senyuman itu dan menghampirinya.

"Kok cepet banget?" tanyaku setelah membukakan pagar.

Dia mengulurkan tangannya di depanku. "Iya dong, kan ditungguin cewek. Masa lama sih. Lo apa kabar?" dia mengajakku bersalaman.

Aku mengernyit. Selalu aneh bagiku jika ada teman cowokku mengajak bersalaman. Tapi tetap ku sambut uluran tangannya.

"Kabar baik, Dave."

Kami saling bertatapan. Tidak lama. Hanya beberapa detik. Lalu saling mengalihkan pandangan ke sembarang arah. Dia tersenyum canggung padaku. Aku yang jadi ikutan canggung, melepaskan tangannya.

"Eumm, mau masuk dulu atau gimana nih?" aku mengalihkan kecanggungan ini.

"Jalan-jalan yuk."

Sad Girl [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang