6. Natasya Ditolak

110 27 8
                                    



.............✏


Aku lanjut membaca surat ke tiga. Baru membukanya dan belum sempat membaca. Tiba-tiba kelima teman-teman dekatku : Keela, Awa, Depi, Natasya, dan Iqbal, menghampiriku. Aku menatap wajah mereka bergantian. Natasya yang paling dominan ekspresinya. Wajahnya cemberut seperti ingin menangis. Ku kira Natasya kalah berebut mainan dengan Iqbal. Karna Keela dan Awa terus saja cekikikan pelan. Sedang Depi hanya plonga-plongo, sama sepertiku. Padahal harusnya dia tau sesuatu. Lalu Iqbal diam saja sambil duduk di bangku sampingku.

“Natasya kenapa?” tanyaku.

“Abis ngajakin si Dave pacaran.” Awa yang meyahut. Lalu dia tertawa, membuat pipi cabinya bergetar karna tawanya.

“Terus?” aku masih tidak mengerti, bertanya lagi.

Keela mendekat ke arahku, menangkup pipi dengan kedua tangan. “Tapi Dave gak mau pacaran. Masih kecil katanya.” Lalu tertawa lebih keras daripada Awa tadi. Membuat tubuh gemuknya bergetar-getar.

“Jadi tadi kamu ditolak sama Dave, Sya?” Depi mengedipkan matanya cepat.

“Ih kemana aja, Dep? Perasaan kamu dari tadi di samping Natasya terus deh.” Iqbal menyahut.

Depi memang selalu begitu. Agak telat mikir. Bukan agak lagi sih, tapi sudah sangat. Selain itu, diantara kami berenam, hanya dia-lah yang pemikirannya cocok dengan usia anak kelas 5 SD seharusnya.
Ah, jadi apakah kami berlima, juga anak-anak lain yang sudah main pacar-pacaran itu dewasa terlalu cepat?

Entahlah. Anak seusia kami memang belum seharusnya berpacaran, kan?

“Barusan Dave dari sini, bilang kalau dia ingin jadi temanku.”

“Pasti Dave juga suka sama Aileen. Sama kayak anak-anak lain,” Depi menggaruk rambutnya hingga kuncirannya berantakan.

“Tapi Dave nggak bilang begitu kok,” sahutku sambil melipat surat-surat yang belum sempat ku baca. Sepertinya nggak akan aku lanjutkan. Sudah malas.

Natasya masih diam saja sejak tadi. Aku nggak tau apa yang dia rasakan. Aku sendiri belum pernah merasakan suka dengan anak cowok. Apalagi sampai mengajak berpacaran tapi di tolak. Karna aku taunya, bagaimana rasanya disukai lalu menolak. Seperti yang dilakukan Dave ke Natasya.

“Sya, udah jangan cemberut terus. Main karet aja yuk. Tadi aku liat ada karet di tas Keela,” Awa mengalihkan pembicaraan. Sudah tidak betah membicarakan hal-hal dewasa ini.

“Ayo ah main karet. Mumpung istirahatnya masih lama nih,” Suara riang Iqbal mengiyakan ajakan Awa.

“Awa kebiasaan banget buka-buka tas Keela tanpa izin. Mau nyuri ya?” teriak Keela marah.

“Enggak kok. Orang tadi liatnya waktu tas Keela kebuka sendiri.”

“Yaudah ayo main, jangan berantem Keela, Awa..” Depi yang menengahi keduanya.

Kamipun bermain di depan kelas. Melupakan apa yang terjadi dengan Natasya. Saat itu kami nggak tau bahwa menyukai seseorang adalah suatu rasa yang luar biasa. Apalagi tentang rasa sedih ketika ditolak. Sama sekali nggak terbayangkan. Natasya sudah lebih dulu merasakan. Tapi tetap saja kami masih sangat kecil. Mudah untuk melupakan kesedihan semacam itu.

Lihat saja Natasya, tadi dia cemberut hingga ingin menangis, tapi sekarang sudah bisa tertawa riang sambil bermain karet.



................✂





Sad Girl [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang