17. Before

25 2 0
                                    

...............✏

Kapan sih terakhir aku ketemu dia?

Sudah satu tahun aku menjalani hidup menjadi Aileen yang berbeda. Baru kali ini aku benar-benar merasakan bahwa teman adalah segalanya. Sumber bahagia terdekat yang kadang tidak kita sadari.

Aku benci kalau harus percaya kata pepatah ‘setelah kehilangan banyak hal, kita baru menyadari betapa berartinya hal itu bagi hidup’.

Aku rindu teman-teman yang selalu sibuk mencuri perhatianku. Rindu pada tingkah konyol mereka yang selalu membuatku tertawa. Rindu dengan sapaan hangat dan riang dari teman-teman ketika baru tiba di sekolah saat pagi. Tadinya, ku kira hal itu biasa. Ternyata setelah sekarang aku tidak merasakan hal-hal itu lagi, aku merasa sangat istimewa menjadi Aileen yang dulu.

Tiara benar-benar pindah sekolah sejak saat itu. Beruntung aku punya Augy. Pertemanan kami mengalir begitu saja. Kami merasa saling cocok dan berdua adalah nyaman.
Dari Tiara, aku belajar bahwa lebih baik untuk mengalah ketika banyak orang berusaha menyakitiku. Melawan bukanlah diriku. Aku memang terlalu pengecut untuk membela diriku sendiri. Akibatnya, menangis di kamar tanpa melepas seragam terlebih dahulu, menjadi sebuah pelepasan segala rasa sakit yang aku rasakan selama di sekolah.

Aku nggak akan menceritakan apa yang terjadi padaku secara gamblang. Toh itu semua menjadi bagian yang ikut andil untuk mewarnai jalan cerita hidupku. Dibuat sejatuh mungkin oleh orang-orang yang membenci, tidak membuatku benar-benar jatuh. Aku selalu berusaha untuk keluar dari zona itu. Kalau tidak bisa dapat teman di kelas, yasudah. Toh yang bisa menjadi teman nggak hanya mereka. Di bumi ini, ada jutaan manusia yang Tuhan ciptakan. Aku nggak butuh mereka!
Balasannya, akan ku tunjukkan siapa Aileen yang sebenarnya.

“Leen, ada yang bikin surat buat lo!” teriak Augy sambil berlari-lari kecil menghampiriku.

Surat? Jadi, kapan terakhir kali ada yang membuat surat untukku? Aku tertawa dalam hati, dan hanya mengaplikasikannya melalui senyum di bibirku.

“Waktu lagi materi, ada anak cowok yang malah sibuk nulis-nulis. Pas gue cek, ternyata dia nulis surat buat lo, Leen. Ya ampun lucu banget anaknya. Duh, jadi gue yang baper nih.”

“Trus suratnya lo ambil gitu aja?” tanyaku.

“Iya lah, daripada nanti guru yang ambil, kan nanti dia malu dan malah lebih kasian lagi.”

Di dalam aula sedang ada acara masa pengenalan lingkungan sekolah. Sejak tahun 2017, MOS diganti menjadi MPLS. Dan menurutku, itu lumayan efektif untuk mencegah tindakan senioritas dan semacamnya. Bahkan kami sebagai panitia, dituntut untuk sangat bersikap baik pada peserta. Bukan hanya itu, kami bahkan melayani mereka. Mengantar ke kantin, mushola, bahkan toilet. Kurang baik apa lagi kami sebagai panitia?

Tiga hari masa pengenalan lingkungan sekolah yang dilanjut dengan kegiatan latihan dasar kepemimpinan siswa. Sangat menyenangkan. Nggak hanya mereka sebagai peserta yang menikmati kegiatan ini. Kami pun sebagai panitia merasa sangat enjoy. Malah kami lah yang paling menantikan kegiatan ini. Pergi ke luar kota dengan suhu udara yang jauh lebih sejuk dari kota kami. Menikmati pemandangan alam, dan bersenang-senang di sana.

Oh ya, siapa yang tau kalau sesuatu terjadi dan merubah hidupku pada saat itu.

Ini tentang Dave yang tiba-tiba menelponku dan dia kemudian hadir untuk membuat warna dalam cerita hidupku makin bervariasi.
Sejak hadirmu yang tiba-tiba, kemudian kita lalui semua kesulitan bersama, lalu sempat membayar segala kesedihan dengan kebersamaan yang luar biasa, dan kemudian kamu memberikan sebuah kejutan yang paling tidak disangka. Bagiku, kamu terlalu misterius, Dave.

Awalnya nggak masalah, tapi sepertinya, aku jadi benci dengan sifat misteriusmu itu.

.................✂

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sad Girl [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang