Pendahuluan

148 24 4
                                    




Aku baru saja menaiki commuter line, hendak menuju sebuah tempat. Jam tanganku menunjukkan sekarang pukul 14.00. Gerbong kereta lengang. Masih tersisa banyak sekali tempat untuk duduk jika aku mau. Tapi berdiri di dekat pintu terasa lebih menyenangkan. Nanti saat waktunya sudah tepat, akan ku ceritakan kenapa ini jadi menyenangkan, meski berdiri lama akan membuat capek.

Tadi sebelum menaiki commuter line, aku mampir ke salah satu gerai yang tersedia di stasiun. Membeli kopi. Kau tau kopi apa yang ku pesan?

Americano.

Lidahku getir sekali setiap menyeruput kopi ini. Tapi ini menyenangkan. Ini lucu. Aku tetap membeli Americano meski tau kalau nanti akan ku buang setelah turun dari kereta.
Sekalian menjawab penasaranku, bagaimana bisa kopi sepahit dan setidak enak ini dijual? Siapa juga yang akan membeli Americano jika tau rasanya semengerikan itu? Ah ya, itu aku. Tapi kan yang pasti bukan hanya aku. Orang-orang lain memilih Americano, mungkin karna mereka memang menyukainya. Untuk dinikmati hingga habis. Bukan dibeli hanya untuk dipandangi, lalu berakhir tragis di tong sampah.

Jika ada kesempatan, aku juga akan ceritakan kenapa sekarang aku senang membeli Americano, meski tidak ku minum.

Aku menghembuskan napas pelan, mengedarkan pandangan ke sekitar. Lalu tersenyum. Entahlah, ini senyum bahagia atau menyedihkan.

Setelah puas memandangi sekitar, aku mengambil headset dari dalam slimbag kemudian menyambungkannya ke smartphone.  Memutar kumpulan lagu-lagu favoritku, sambil bersenandung dalam hati. Mataku menerawang pemandangan dibalik kaca pintu. Sedang pikiranku, kembali ke masa-masa itu...


Sad Girl [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang