12. I don't care

29 4 0
                                    

.................✏

Pagi ini, awan kelabu menyelimuti sinar matahari hingga tak nampak cahayanya. Pagi selalu sejuk, dan jadi semakin sejuk tanpa kehadiran hangatnya sinar matahari.

Aku senang mendung, tapi khawatir kalau terjadi di pagi hari begini. Karna hujan saat berangkat sekolah itu merepotkan.

Tidurku pulas semalaman. Setelah mengerjakan seluruh tugas sekolah yang kudapat kemarin. Saking pulasnya, sampai nggak terasa ada nyamuk menghisap darahku semalam. Tau-tau lenganku bentol-bentol. Langsung saja kusapukan minyak kayu putih ke area lengan.

Ponselku bergetar kala aku menyapukan bedak tabur ke wajah. Ku lirik layarnya, ternyata sebuah pesan masuk dari akun sosial media.

ShiAgita_gy :
Gue Gita, pacarnya Dave. Lo siapanya Dave? Gara-gara lo, kemarin Dave nggak jadi datang.
Dia datang ke rumah lo, kan? Harusnya dia itu ketemu gue. Tapi batal karna lo!

Ah, nggak penting sekali. Siapa juga yang berharap cowok itu datang ke aku. Yang ada dia malah mengganggu jam baca novelku. Jadi kenapa marah ke aku sih?
Aku meletakkan kembali ponselku, saatnya pamit ke ibu untuk berangkat sekolah.

Baru beberapa langkah keluar kamar, lagi-lagi ponselku bergetar. Ada sebuah pesan masuk dari... astaga! Tidak salah lihatkah? Atau jangan-jangan dia hanya salah kirim. Aku membuka pesan itu dengan rasa penasaran.

Teguh :
Selamat pagi, Aileen Casey...

Ah, pesannya sengaja ditujukan ke aku ternyata. Ini kali pertama dia mengirimiku pesan setelah 3 hari pacaran(semau dia sendiri).

Me :
Selamat pagi juga, Bubble Gum.

Teguh :
sblm brngkt sekolah, jgn lupa sarapan dulu.

Datang di waktu yang sama dengan Teguh bukanlah hal aneh yang harus aku ceritakan. Tapi ada hal luar biasa terjadi di waktu itu.

“Pagi ini lo makin cantik, Leen.”

“Makasih,” jawabku singkat, tidak mau dia berpikir aku kegeeran.

“Kok chat gue tadi nggak dibales lagi?”

“Lagi buru-buru.”

Kami ke kelas bersama. Kalau kemarin dia menggandengku selama berjalan di koridor sekolah, pagi ini dia merangkulkan tangannya ke pundakku. Aku merasa risih, lalu menghindarinya. Tapi rangkulannya kuat sekali, tidak bisa aku singkirkan dari pundakku.

“Teguh jangan gini, gue gak suka.”

“Bentar lagi juga sampe.”

“Lepas atau gue akan teriak?”

“Lepas,” jawabnya sambil melepaskan lengan dari pundakku. Sekarang kami hanya berjalan bersisian.

“Istirahat nanti ikut gue,” ajaknya.

“Ogah!”

“Gak akan gue tinggal ke dalem lagi.”

“Gue ada briefing osis.”

“Beneran atau cuma alasan?”

“Ya beneran lah. Lo kira hidup gue isinya ngurusin lo doang?”

“Pacar gue yang juga sebagai anggota osis, lo harus ngelindungin gue dan teman-teman gue.”

“Emangnya lo lagi dalam bahaya macam apa? Lagian mana ada cewek ngelindungin cowok.”

“Gak usah ngadu yang macem-macem tentang tempat tongkrongan sekaligus apa yang di lakukan teman-teman gue, Leen.”

Sad Girl [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang