15. The Truth That Is Hidden

7.2K 687 101
                                    

Setelah Seokjin mengatakan apa yang dipikirkannya, Jimin bergeming selama beberapa detik sebelum akhirnya ia tersenyum manis dan mengatakan 'Jangan bercanda' sambil tertawa hambar.

Padahal ia serius.

Ah, memikirkan itu rasanya kepala Seokjin ingin pecah. Kemoterapi itu menyakitkan, sungguh. Namun ia juga tak ingin mengecewakan orang-orang yang mendukungnya dari awal. Begitu melihat ekspresi Jimin yang mati-matian menahan tangisnya ketika Seokjin meremas genggaman tangannya karena merasa sakit, membuat Seokjin melemah.

Sekali lagi, ia harus berjuang.

Ketukan pintu membuatnya tertarik ke alam sadar, sepasang netranya menangkap wanita cantik yang memasang senyum hangatnya berjalan mendekati Seokjin.

"E-eomma?" mulutnya menganga tak percaya.

Semenjak Hani mengetahui penyakit Seokjin, ia sama sekali belum pernah berinteraksi langsung dengan Hani.

Begitupula Hani yang masih sedikit ragu untuk sekedar memberi kasih sayangnya secara terang-terangan, mendekatinya, mengusap-ngusap kepalanya lembut, mecium keningnya. Entahlah, Hani hanya merasa malu.

"Ne, ini Eomma, kenapa mulutmu terbuka seperti itu? Eomma memang cantik, tak usah sebegitunya juga" gurau Hani tertawa kecil.

Seokjin mengerjapkan matanya beberapa kali.

Uhh, gemoi.

Senyum indah Hani, tatapan menghangatkan yang Hani berikan padanya, serta elusan tangan halusnya pada jari-jari Seokjin, membuat anak itu hilang akal.

Demi apapun, Seokjin rasanya ingin berteriak, memeluk Hani dengan erat, menciumi wajahnya dengan puas. Namun ia terlalu ragu untuk melakukannya.

"Kau mau memeluk Eomma?" Seaakan mengerti suara hati Seokjin, Hani merentangkan tangannya sambil tersenyum lebar.

Seokjin tak bisa menahan diri untuk menerjang sang ibu. Dipeluknya wanita cantik itu sambil menangis, menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Hani. Matanya memejam, menghirup aroma tubuh Hani yang sudah lama ini ia inginkan.

"Mianhae, sayang" ucap Hani setengah berbisik. Tangannya tergerak untuk mengusap-ngusap surai lembut milik Seokjin.

Isakan Seokjin semakin keras saat sentuhan yang diberikan ibunya itu menyetrum seluruh tubuhnya. Ia bahagia, sungguh.

Hani melepaskan pelukannya, ia menangkup wajah basah Seokjin yang sudah penuh dengan air mata bahagianya. Hani menerobos tatapan mata Seokjin lebih dalam, ia mendapatkan ketulusan dari dalam sana.

"Maafkan Eomma nak, aku adalah ibu yang buruk. Bahkan, masih pantaskah aku kau panggil Ibu?" Hani ikut terisak.

Seokjin menggelengkan kepalanya keras. Ia menghapus air mata Hani menggunakan ibu jarinya.

"Tidak Eomma, jangan berpikir seperti itu. Eomma adalah ibu yang baik. Aku menyayangimu, Eomma" jawab Seokjin parau.

Seokjin bergerak maju, menepis jarak antara dirinya dan Hani. Kepalanya menunduk, membiarkan bibir tebalnya mencium hangat kening sang ibu. Maafkan bila Seokjin lancang, namun ia tak peduli.

I'm Okay - Kim Seokjin (END)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang