13. Maybe I Can't Never Fly

7K 673 69
                                    

Disarankan, bacanya sambil dengerin mulmednya ya, supaya lebih ngena. Tapi kalo gak mau ya gakpapa.

sorry for typo

Enjoy!

•••

Lemas.

Terhitung sudah empat kali Seokjin memuntahkan cairan warna kuning dari dalam lambungnya. Perih, perutnya kosong sedaritadi karena tak bisa diisi makanan apapun karena setelahnya ia akan memuntahkannya kembali.

Mengapa ia jadi merasa, hidupnya hanya tinggal sebentar lagi?

"Seokjin, buka pintunya!"

Teriakan Jimin membuat Seokjin tertarik dari lamunannya, Seokjin segera membuka pintu kamar mandinya dan tersenyum manis pada Jimin yang begerak gelisah disana.

"Kau tidak apa-apa?" tanyanya sambil melirik keadaan Seokjin dari ujung rambut hingga ujung kaki.

Seokjin terkekeh. "Gwaenchana Hyungie, hanya sedikit lemas" lirihnya.

Baru saja bibirnya mengatakan bahwa ia baik-baik saja, namun tubuhnya tiba-tiba oleng dan hampir saja bertubrukan dengan lantai dingin jika Jimin tidak dengan sigap menahan tubuh ringkih itu agar tidak merosot.

"Hyung, aku lelah" rintihnya terdengar menyakitkan di kedua telinga Jimin.

Jimin sudah berkaca-kaca, lagi-lagi dihadapkan dalam situasi seperti ini membuatnya beberapa kali kalang kabut, mentalnya cukup terguncang.

Jimin membawa tubuh kurus Seokjin keatas ranjang, menyelimuti tubuh Seokjin yang mulai menggigil kedinginan, mengusap-ngusap kepalanya lembut penuh pengertian.

"Ke rumah sakit, ya?" tanya Jimin kelewat cemas.

Seokjin menggeleng lemah, menggenggam erat tangan Jimin yang hangat.

"Aku tak butuh rumah sakit. Aku hanya membutuhkanmu, Hyung" ucapnya tulus.

Mata merah Seokjin menatap Jimin sayu, Jimin melihat gurat lelah disana, tatapan penuh luka, tatapan yang bisa memporak porandakan hatinya dalam sekejap.

"Hyung tau kau lelah. Istirahatlah" ucap Jimin lembut.

Seokjin kembali menggeleng, liquid bening itu sudah membendung pelupuk matanya.

"Aku takut, Hyung. Aku takut tak bisa bangun lagi" setetes air bening itu jatuh mengenai telinganya.

"Tak usah berbicara omong kosong Seokjin, kau akan sembuh" gertak Jimin cepat, saat Seokjin berbicara melantur.

Tak ayal, Jimin pun kembali terisak. Sesak rasanya menyaksikan sendiri bagaimana Seokjin yang seakan menyerah pada kehidupan.

"Uljima Hyung, kau tidak boleh menangis. Aku benci melihatmu seperti ini. Kumohon, berjanjilah agar tidak menangis lagi karenaku" Seokjin memaksakan senyumnya.

Jimin mengangguk mengiyakan, meskipun hatinya sama sekali tak menjamin bahwa ia akan tetap baik-baik saja melihat Seokjin yang merintih menahan sakit.

"Nyanyikan sebuah lagu untukku, Hyung"

Jimin kembali mengangguk, menarik nafasnya dalam, menerobos manik mata Seokjin lebih dalam lalu mulai menyanyikan lagu butterfly milik boyband BTS.

amugeotdo saenggakhaji ma
Jangan pikirkan apa pun

neon amu maldo kkeonaejido ma
Jangan katakan satu kata pun

I'm Okay - Kim Seokjin (END)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang