"Seokjin-ah"
Pemuda itu berdeham, cahaya matanya yang sedikit demi sedikit mulai meredup itu menatap Yoongi dengan tatapan sendunya.
"Kau tidak melupakan hari ulang tahunmu, kan?"
Seokjin tersenyum tipis, lalu menggeleng pelan. Menandakan bahwa dirinya masih ingat hari ulang tahunnya. Tepat ketika waktu menunjukan 00.00 malam hari nanti.
"Aku ingin merayakannya bersamamu" ucap Seokjin pelan.
Yoongi terkekeh, bukannya setiap manusia aneh itu berulang tahun, Yoongi selalu ada disisi Seokjin untuk merayakan ulang tahunnya?
"Bukan––
"Untuk yang terakhir kalinya" potong Seokjin.
Yoongi mengerutkan alisnya tak paham. Atau lebih tepatnya, pura-pura tak paham. Ia sangat benci mendengar kata-kata melantur anak itu yang bisa saja membuat Yoongi ketar ketir sendiri. Bayang-bayang akan kehilangan selalu menghantuinya setiap saat.
Mendengar Seokjin yang sempat collaps saja rasanya Yoongi lemas setengah mati. Apalagi jika ia mendengar bahwa Seokjin sudah tak ada lagi di dunia ini? Mungkin Yoongi juga akan segera mengakhiri hidupnya dan menyusuli Seokjin.
"Kau akan merayakannya bersamaku untuk ulang tahun yang selanjutnya, dan selamanya akan selalu begitu" tukas Yoongi cepat.
Seokjin lagi-lagi tersenyum, namun beberapa detik kemudian ia terbatuk, ia mencenkram bagian dadanya kuat bahkan hingga memukuli dadanya dengan brutal. Yoongi kelimpungan, ia menarik paksa tangan Seokjin yang memukuli dadanya sendiri lalu menggenggamnya dengan erat, sedangkan tangannya yang lain bergerak untuk mengusap lembut dada Jinnie-nya.
"Gwaenchana, Jinnie. Gwaenchana, ada Hyung disini" suara Yoongi terdengar bergetar.
"H-hyung" bisik Seokjin lemah, bahkan suaranya hampir tak terdengar.
Namun Yoongi terlalu cepat menangkap apa yang dikatakan Seokjin, untuk yang pertama kalinya setelah sekian lama ia tak menangis, kini air mata itu jatuh tanpa perintah, menyisakan sesak yang begitu menyesakan dadanya.
Setelah bertahun-tahun lamanya, ia kembali mendengar bisikan dari pemilik bibir tebal itu memanggilnya sebagai seorang kakak. Sakit, sakit sekali, namun disisi lain hatinya merasakan kerinduan akan sebutan 'Hyung' yang sangat dalam.
Tangan Seokjin bergerak memeluk Yoongi dengan gerakannya yang lambat, namun baru saja tubuh ringkih itu memeluk Yoongi, pelukannya mengendur, tangan Seokjin merosot seiring dengan kesadarannya yang menghilang.
Yoongi yang sadar akan keadaan Seokjin, seketika menggelengkan kepalanya kuat, airmatanya turun dengan begitu deras. "Andwae, andwae Seokjin! DOKTER! DOKTER, TOLONG ADIKKU! DOKTERRR!" teriaknya keras.
Yoongi berteriak kesetanan, hingga ia lupa tanpa ia perlu berteriak pun, ia bisa memencet tombol yang ada disebelah ranjang Seokjin. Bahkan Yoongi mengumpati Chanyeol karena lelet. Padahal ketika mendengar teriakan Yoongi, tidak ada 30 detik, Chanyeol langsung berlari menhampiri ruangan Seokjin.
Seokjin sedang ditangani di dalam, Yoongi bersikeras ingin melihat adiknya di dalam, tapi dengan sabar Chanyeol memberi pengertian pada Yoongi dan akhirnya Yoongi mengalah.
"Kim Yoongi"
Yoongi menolehkan pandangannya ke asal suara, terlihat pria paruh baya yang sudah lama membuang mereka berdua ke panti asuhan, kini datang kembali dengan menyebut marga yang seharusnya di miliki Yoongi. Oh, jadi pria gila itu sudah mengingatnya ya?
"Kau sudah terlambat, tuan kim" jawab Yoongi sinis.
"M-maaf, A-appa salah" suara Namjoon terdengar bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Okay - Kim Seokjin (END)✅
Fanfiction[END] Follow sebelum membaca Seokjin mencoba berteman dengan takdir yang selalu mempermainkannya. Walaupun harus merasakan sakit berkali-kali, ia selalu meyakini, bahwa suatu saat nanti ia akan mendapatkan kebahagiaan yang dulu ia cari. "Aku baik-ba...