18. The Last Time

6.5K 603 38
                                    

lebih cepat dari waktu yang dijanjikam gais, selamat membaca

•••

Taehyung menggigiti kukunya dengan cemas. Tangannya sudah dingin dan bergetar setelah melihat pesan dari dokter yang menangani Seokjin dirumah sakit. Ia sangat ingin memberitahu keluarganya agar segera membawa Seokjin kerumah sakit, namun Seokjin melarangnya.

Ia melirik Seokjin yang sedang memuntahkan isi lambungnya ke wastafel. Terhitung sudah tiga kali Seokjin seperti ini, apalagi Taehyung melihat bercak darah yang Hyungnya keluarkan.

"H-hyung hiks.."

Seokjin menoleh setelah selesai dengan aksinya, lalu melihat Taehyung yang sedang terisak menatapnya khawatir. Seokjin tersenyum hangat, menyentil dahi Taehyung diiringi tawa renyahnya.

"Aku tak apa. Berhentilah menangis, kau seperti anak kecil yang meminta balon pada Ayahnya!"

Tanpa aba-aba Taehyung  memeluk tubuh ringkih Seokjin, isakannya lebih keras dari sebelumnya meremat jaket yang Seokjin kenakan, ia hanya tak siap jika dengan satu kali kedipan saja Seokjin tak ada disisinya lagi.

"Hyung kumohon, aku takut"

Seokjin memeluk Taehyung tak kalah erat, mengusap-ngusap pucuk kepala Taehyung lalu menciumnya hangat.

"Jangan menangis" lirih Seokjin.

"Berjanjilah untuk tetap ada disini? Memeluku seperti ini dihari-hari berikutnya? Berjanjilah Hyung Jebbal" Taehyung terisak dengan suaranya yang semakin serak.

Air mata Seokjin lolos begitu saja, ia tak bisa memberikan jawaban atas pertanyaan Taehyung. Seokjin melepaskan pelukannya, menatap Taehyung yang matanya sudah memerah.

"Jangan pernah menangis lagi karena Hyung! Ayo menikmati sunset bersama yang lain" ajak Seokjin.

Taehyung mengangguk lesu, meski hatinya masih tak tenang karena tak mendapat jawaban dari sang Hyung. Namun ia tetap berfikir bahwa Seokjin akan baik-baik saja.

Seokjin dan Taehyung menghampiri keluarganya yang sedang asyik bermain air sambil menunggu sunset datang.

Sejujurnya, kakinya sudah sangat kaku untuk sekedar digerakan. Tangannya bergetar menahan rasa sakit yang semakin merenggut sedikit demi sedikit kesadaran yang ia miliki, untuk menahan berat tubuhnya saja hampir tak sanggup.

Namun melihat bagaimana keluarganya menyayanginya, tak menginginkannya pergi walau awalnya mereka sangat ingin ia pergi dari dunia. Tapi nyatanya, Seokjin telah mendapatkan kasih sayang yang ia dambakan sejak dulu. Yang membuatnya kuat untuk bertahan hingga detik ini.

"Seokjin, kau pucat. Gwaenchana?" tanya Hani khawatir.

Seokjin hanya mengangguk, diiringi senyum manisnya. Sunset sudah terlihat, Seokjin menatap  satu persatu keluarganya yang sedang tersenyum dan tertawa bersama melihat keindahan sunset. Kedua sudut bibirnya tertarik sempurna, membentuk lengkungan manis yang begitu hangat.

Dentuman keras dari kepalanya membuat pandangannya berputar, matanya seketika memburam, tubuhnya sudah tak sanggup lagi untuk sekedar berdiri tegak, ia terjatuh yang menyebabkan atensi keluarganya mengarah pada Seokjin.

Keluarganya satu persatu menghampirinya, raut bahagia yang beberapa menit lalu terpatri di wajah mereka kini sirna, diganti dengan tangis dan isakan kekhawatiran.

"Seokjin! Kenapa? Seokjin jangan tutup matamu, kumohon!" Teriak Hani memangku kepala Seokjin.

Namjoon melototkan matanya tak percaya, air matanya turun begitu saja, akankah ia merasakan kehilangan lagi?

I'm Okay - Kim Seokjin (END)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang