Park Jiyeon
1990 - 2015Senyum manis itu terpatri indah di bibirnya yang tipis. Menatap nisan seseorang yang sudah lima tahun ini meninggalkannya dalam diam, memupuk genangan air mata di kelopak matanya yang siap jatuh kapanpun ketika tak lagi bisa menahan bendung air mata itu.
"Eonnie, maaf aku baru mengunjungimu lagi. Aku sibuk akhir-akhir ini" monolognya menatap nisan dihadapannya dengan sendu.
Tangannya tergerak untuk mencabut beberapa daun kering yang kerap menghiasi tanah yang dipenuhi oleh rumput hijau itu.
"Aku merindukanmu" ucapnya lirih. "Kenapa aku baru mengetahuinya sekarang?" tubuhnya mulai bergetar, isakan kecil mulai terdengar, menandakan wanita itu sedang menangis sesegukan.
"Eonnie, maafkan aku" tangannya mengepal diatas gundukan tanah sang kakak, kepalanya tertunduk, menyembunyikan wajah yang kini dipenuhi oleh genangan air mata.
Ia telah membuat kakaknya kecewa di alam sana, bagaimana mungkin ini semua bisa terjadi? Ia benar-benar telah melakukan kesalahan besar, dan ia benar-benar menyesal. Sebanyak apapun ia meminta maaf, kesalahannya benar-benar tak bisa termaafkan.
Dering ponsel yang bergetar menandakan ada panggilan yang masuk, membuat tangisnya terhenti, dengan cepat ia segera menghapus air matanya dan mengangkat panggilan tersebut.
"Ne, yeobo" jawabnya parau.
"Seokjin, dia sembuh"
"A-apa?"
"Seokjin sembuh, yeobo"
"A-astaga syukurlah. A-aku segera pulang, tunggu aku"
tutt––
Hani, wanita itu berjengit senang. Ia sangat bersyukur, sangat sangat bersyukur kepada Tuhan karena telah memberinya kesempatan untuk menebus segala kesalahannya pada Seokjin lebih lama lagi. Tanpa berfikir panjang, ia segera bergegas untuk pergi menemui Seokjin.
•••
Seokjin meremas obat-obatannya, matanya menatap gelisah obat-obatan yang selama ini membantunya untuk bisa bertahan hingga sekarang. Haruskah ia membuangnya? Atau tetep menyimpannya saja?
"Seokjin"
Seokjin tersentak, ia menegakan tubuhnya saat melihat kedatangan Jimin yang membawa nampan berisi makan siangnya.
"Ada apa? Kenapa kau begitu gelisah?" tanya Jimin. Ia melirik benda yang sedang diremas oleh Seokjin. "Mau kau apakan obat itu?" tanyanya lagi.
"Aku ingin membuangnya Hyung" ucap Seokjin ragu.
Jimin tampak mengerutkan dahinya, menatap Seokjin dengan tatapan yang sulit diartikan, pasalnya Jimin pun tak yakin jika obat itu dibuang, walaupun Seokjin telah dinyatakan sembuh, tapi tetap saja hati Jimin menolaknya.
"Kau yakin saeng?" tanya Jimin memastikan.
Seokjin mengangguk mantap, menatap Jimin dengan tatapan hangatnya.
"Tapi Hyung takut jika terjadi sesuatu padamu" suaranya terdengar lirih.
Tangan Seokjin tergerak untuk menggenggam kedua tangan Jimin yang lebih mungil darinya, menatap manik Jimin lebih dalam, berusaha meyakinkan sang kakak meski hatinya masih terselimuti kegelisahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Okay - Kim Seokjin (END)✅
Fanfiction[END] Follow sebelum membaca Seokjin mencoba berteman dengan takdir yang selalu mempermainkannya. Walaupun harus merasakan sakit berkali-kali, ia selalu meyakini, bahwa suatu saat nanti ia akan mendapatkan kebahagiaan yang dulu ia cari. "Aku baik-ba...