3. Happines

8.2K 765 80
                                    

"Bodoh. Kau manusia terbodoh yang pernah aku temui" ucap Yoongi sinis.

Ia melempar jaket Seokjin ke sembarang arah dengan keras, membuat Seokjin tersentak dari lamunannya.

"Ya! Aku memang bodoh Yoon!" balas Seokjin sedikit menaikan nada bicaranya.

Tangan Yoongi mengepal erat. Raut wajahnya memerah terlihat tak bersahabat dengan kondisi dan situasi ini.

"Brengsek, kau tak seharusnya melakukan itu, Sialan!" hardik Yoongi menatap Seokjin berapi-api, ia tak pernah berfikir, bahwa Seokjin akan melakukan hal seperti itu yang hanya akan menyakiti dirinya sendiri.

Bughh

Nafas Yoongi terengah-engah. Melihat Seokjin Seokjin yang memalingkan wajahnya kesebelah kanan. Ia hilang kendali.

Seokjin mengelap sudut bibirnya yang berdarah, ia menatap Yoongi dengan tatapan penuh luka, air mata yang menumpuk di pelupuk mata, akhirnya jatuh tanpa suara.

"Ini menyakitkan, Yoon"

Samar-samar, isakan kecil terdengar dari bibirnya yang tebal, ia kembali menangis, memperlihatkan kerapuhannya pada sosok Min Yoongi.

Pertahanan Yoongi runtuh, ia merengkuh tubuh ringkih itu, memberikan pelukan hangatnya pada Seokjin, berharap laki-laki itu merasa tenang. Yoongi mengecup pucuk kepala Seokjin dengan lembut, mengusak-ngusak rambutnya dengan perlahan, lalu membisikan sesuatu yang membuat isakan Seokjin tak lagi kembali terdengar.

"Jangan seperti ini, aku peduli padamu, sungguh."

Keheningan yang menjadi saksi bisu antara eratnya persahabatan diantara mereka. Menyatu dengan peliknya hidup Seokjin yang tak pernah ada habisnya, dan Yoongi ada untuk melindunginya.

°°°

Seokjin berjalan gontai memasuki rumahnya, pening.

Kepalanya seperti ditusuk beribu-ribu jarum, perutnya yang perih dan berasa di aduk-aduk ke segala arah, membuatnya sulit melakukan pergerakan.

"Darimana saja kau sialan!"

Seokjin memejamkan matanya sejenak, memghembuskan nafasnya perlahan, berharap pria paru baya yang ia sebut 'Appa'
itu memberinya belas kasihan untuk tidak memukulinya lagi. Setidaknya, hari ini saja.

"Appa, aku lelah. Aku ingin istirahat" lirih Seokjin.

Tanpa menunggu jawaban sang Appa. Seokjin memaksakan langkah kakinya yang lelah itu menaiki undukan tangga, ia sudah tak peduli, meskipun nantinya Namjoon akan menariknya secara kasar setelah ini, ia akan pasrah.

"Tak tahu diuntung! Kau bukan anakku!"

Lagi, Seokjin menghela nafas panjang, langkah kakinya terhenti, ia menatap Namjoon sendu. Berbeda dengan Namjoon yang menatapnya penuh benci.

"Bahkan jika aku boleh memilih, aku tak ingin meminta untuk dilahirkan"

Setengah berbisik, Seokjin menarik sebuah senyum getir kepada Namjoon yang tak bergeming ditempatnya. Setelah selesai, ia kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar, meninggalkan Namjoon yang masih membisu.

Namjoon tidak tuli, ia mendengar apa yang putra keduanya katakan dengan sangat jelas.

Dan senyum itu, Namjoon tak pernah tau, apa arti dari senyum yang selalu anak itu perlihatkan kepadanya.

Sesampainya didalam kamar, Seokjin menutup pintunya, tubuhnya merosot dibalik pintu, ia tidak menangis tatapannya kosong menatap lantai kamarnya dengan cukup lama.

I'm Okay - Kim Seokjin (END)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang