15. || Nonton Mariposa 🦋

764 75 127
                                    

Okeyy, karena part sebelumnya sudah lumayan ramai mengisi kekosongan hati ini. Author double update seperti permintaan kalian.

Jangan lupa follow sebelum baca.

Yok ramaikan lagi biar kek pasar wkwkwk.

Happy reading

•••

"Layaknya Acha yang mengejar Iqbal, aku juga ingin kamu mengejar aku."

🌼🌼🌼

Starla mengecek jam arloji berwarna hitam yang melingkar cantik di tangannya. Ini sudah menunjukan pukul 19.00. Dan Barga belum menjemputnya saat ini.

"Ck, jadi gak sih nontonnya?" Starla berdecak kesal. Starla sangat mengharapkan kencan ini. Yeah, kencan pertamanya dengan Barga. Starla rela megobrak-abrik lemarinya hanya untuk mencari pakaian yang cocok untuk dikenakannya.

Ponsel Starla bergetar menandakan ada notifikasi masuk.

Bargaardian
Star, gue minta maaf. Nyokap minta dianterin ke bandara soalnya dia sama adik gue mau nyusul Papa. Lain waktu aja ya?

Starla tidak membalas pesan Barga. Ia mengembuskan napas gusar. Padahal ia sangat ingin menonton Mariposa bersama Barga.

Ponsel Starla berbunyi lagi.

Maradareen
Lo sibuk gak?
Gue pengen nonton Mariposa tapi bingung sama siapa.

Starla berpikir sejenak, kemudian membalas pesan Mara. Daripada dirinya bad mood, lebih baik nobar bersama Mara saja.

Kebetulan gue juga udah pengen banget. Ayoklah.

Maradareen
Gue otw jemput lo.

Tau alamat rumah gue?

Maradareen
Tau dong. Kan gue udah pernah kesana.

"Kamu mau kemana Star?" Perhatian Starla beralih ke arah Daksa yang berdiri menatapnya dengan tatapan dingin.

Starla memutar bola matanya malas melihat Daksa yang masih saja bersikap dingin kepadanya. "Bukan urusan anda!"

"Kamu mau pergi sama pacar kamu itu? Mau ke hotel? Hah?" Starla membulatkan matanya tidak percaya atas tuduhan yang diberikan papanya.

Starla memejamkan matanya erat-erat, berusaha agar ia tidak menangis. Ia tidak boleh lemah, meskipun hatinya terasa sakit.

"Starla bukan cewek murahan yang seperti Papa katakan," ucap Starla, ia menggigiti bibir bawahnya hingga merasakan sesuatu yang asin kemudian ia pergi tanpa berpamitan kepada Daksa.

Sesampainya di luar rumah, Starla melihat sebuah mobil sedan terpakir. Starla mengambil napas dalam-dalam, ia tersenyum. "Lo gak boleh lemah. Lo kuat," ucap Starla pada dirinya sendiri kemudian melangkah menuju mobil itu.

Starla bertekad, ia tidak boleh menunjukan kesedihannya di hadapan orang lain. Ia harus terlihat kuat, tangguh, meskipun sebenarnya dia amat rapuh.

Reason [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang