11. || Kandang Kuda 🐴

773 76 68
                                    

Sebelum baca jangan lupa follow. Satu suara dari kalian sangat bermanfaat bagi Author.

Happy reading....

•••

"Aku merasakan ada desiran aneh yang menyapa, aku merasakan jantungku berpacu lebih cepat daripada biasanya. Apakah aku sedang jatuh cinta?"

🌼🌼🌼

"Ampun, Bu. Jangan galak-galak. Nanti cepet tua. Harga skin care  sama facial sekarang mahal, Bu." Starla meringis kesakitan karena kini ia ditarik oleh Bu Silva ketika akan memanjat gerbang sekolah karena terlambat. Sial memang!

"Kamu juga! Kemana sabuk kamu, hah? Terus ini rambutnya kok kayak ayam jago, hah?"Bu Silva menunjuk jambul Barga dengan penggarisnya. "Ibu habis makan sambel ya? Dari tadi ngomong hah mulu."

Bukannya menjawab pertanyaan Bu Silva. Barga justru menambah emosi gurunya. "CEPAT PERGI KE KANDANG KUDA, DAN BANTU PAK DODI MEMBERSIHKAN KUDANYA!" teriak Bu Silva, geram.

"Jangan kandang kuda dong, Bu. Saya udah cantik gini masa harus berhadapan sama kuda?" pinta Starla, dengan wajah memelas.

Sebenarnya jika murid lain, Bu Silva tidak tega menghukum seperti ini, tapi karena Starla sering membuatnya naik darah karena selalu membantah ucapannya, maka Bu Silva tega.

"NGGAK ADA TAPI-TAPIAN! CEPAT IKUT SAYA!" Bu Silva menggiring Barga dan Starla menggunakan tongkat legendaris miliknya.

"Elo, sih!" gerutu Starla, menyikut Barga.

"Gak usah bacot lo, ya," jawab Barga. Starla pun mengembuskan napas pasrah.

Bu Silva berbincang sejenak dengan Pak Dodi selaku penjaga dan pelatih ekstrakurikuler berkuda. "Pak tolong awasin mereka. Biarkan mereka yang bersihin kandang kudanya, jangan diizinkan pergi sebelum kotorannya bersih ya," ucap Bu Silva kemudian pergi meninggalkan Starla dan Barga.

"Pak Dodi baik de—"

"Udah gak usah ngerayu. Cepet bersihin kandangnya nanti sore mau ada ekstrakurikulernya." Starla memberenggut kesal.

Starla memasuki kandang kuda bersama Barga. Starla menutup hidungnya karena bau tak sedap, berbeda dengan Barga yang langsung melaksanakan aktivitasnya.

Starla menatap heran Barga yang mengangkuti karung berisi kotoran. "Lo gak jijik?" Starla begidik ngeri membayangkan ketika dirinya membersihkan kotoran-kotoran itu.

"Enggak. Gue udah biasa."

Starla hanya mengangguk. Iyalah sudah terbiasa. Kecoak yang menjijikan saja Barga justru menyukainya. Barga juga mengikuti ekstrakurikuler ini, mungkin karena sudah terbiasa bersama kuda.

Starla melipat tangannya di depan dada sambil memerhatikan Barga yang sedang mengelus punggung kuda kemudian memulai membersihkannya. Starla masih enggan membersihkan kandang kuda dan berhasil membuat Barga jengkel. "Bantuin dong!" kesal Barga.

Starla menggeleng. "Kak Barga, tugas seorang perempuan itu di dapur bukan di kandang kuda. Jadi gak ada gunanya kalau gue bersihin kotoran kuda. Mending lo aja ya?" ucap Starla.

Starla mengeluarkan sapu tangan dari tas ransel yang masih ia pakai, kemudian Starla berjalan mendekati Barga. Starla mengelap keringat di dahi Barga menggunakan sapu tangan. "Semangat bersihinnya ya, Pacar," ucap Starla, menyemangati.

Barga sedikit kikuk karena Starla memanggilnya dengan sebutan 'pacar'. Ya, ia belum terbiasa.

Ide jahil terlintas di benak Barga. "Star, tutup mata lo," titah Barga.

Reason [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang