Zahra terdiam didalam mobil dengan Jeffrey yang juga hanya diam. Lima menit yang lalu zahra yang ditarik dari kantin fakultas hukum ke parkiran mobil kampus mereka dengan cukup keras membuat pergelangannya sedikit memerah.
Zahra menghela nafas berat lalu menoleh melihat Jeffrey yang hanya diam. "Kenapa ? Mau bicara apa kak ?"
"Kamu ngapain aja di kantin jurusan ku tadi ?"tanya Jeffrey dengan nada dingin. Zahra sempat kaget karena selama ini Jeffrey tidak pernah berbicara dingin seperti ini.
Yang zahra kenal Jeffrey yang selalu bicara hangat ke dia.
"Ka..k Jeffrey kenapa ?"
"Aku tanya, kamu tadi dikantin jurusan ku ngapain aja zahra ?!"tanya Jeffrey lagi dengan nada yang naik beberapa oktaf.
Membuat zahra langsung tertengun lalu otomatis menunduk karena takut. Dia mendadak takut untuk melihat mata Jeffrey yang tajam.
"Cum..man nunggu.. Kaka.."jawab zahra gagap.
"Jangan bohong sama aku." Jeffrey menarik nafas lalu membuangnya kasar. "Kamu buat masalah kan tadi ?"
Zahra menoleh untuk melihat Jeffrey. Ia ingin membela diri kalau dia tidak salah. Mawar yang duluan. "Engga kok! Kak mawar yang duluan."
"Tapi aku bener kan ? Kamu buat masalah ?"
"Yah tapi kan kak mawar yang duluan Kak!"
"ZAHRA!" bentak Jeffrey yang membuat zahra otomatis diam. Pria itu memijit pelipisnya yang terasa berdenyut. Ia menghela nafas frustasi. "Aku nanya kamu buat masalah ? Tinggal jawab iya atau ga"
"Iya"jawab zahra pasrah. Matanya sudah berair sejak tadi. Ia mengalihkan pandangannya untuk tidak melihat Jeffrey yang dia rasa beda.
"Ra. Harus kamu jangan gitu tau"
"Gitu gimana ? Kaka tau ga masalah awalnya gimana ?"zahra menoleh melihat Jeffrey dengan air mata yang jatuh deras. Rasanya hatinya sesak sekarang. Moodnya sudah sangat turun dan Jeffrey malah memarahinya dan membentaknya.
"Iya. Maksud aku kamu jangan cari masalah kayak gitu. Kamu baru mahasiswa baru, ra. Kamu harusnya cari - cari kesibukan bukan malah gini."omel Jeffrey panjang lebar. Nada yang dia pakai sekarang sudah tenang. Sebenarnya sedikit merasa bersalah karena zahra yang terlihat menangis.
Zahra tidak menjawab. Jujur, dia sangat malas untuk berdebat atau bahkan untuk bersuara saja malas. Zahra hanya menghela nafas kasar dan kembali mengalihkan pandangan ke jendela.
"Ra. Aku kasih tau gini juga buat kebaikan kamu. Kalau kamu masih kekanak - kanakan gini bisa jadi reputasi kamu langsung jatuh. Mending diamin aja."nasihat Jeffrey dan tidak direspon zahra.
Zahra mendengarnya tapi malas untuk menjawab.
Jeffrey menghela nafas frustasi. Padahal dia berniat memberikan nasihat agar pacarnya tidak di pandangan remeh sama anak - anak. Jeffrey mengacak rambutnya kasar. "Kita pulang"
Selama perjalanan menuju rumah zahra keadaan hening dan canggung. Hanya music radio yang sengaja Jeffrey putar agar suasana sedikit hidup.
Zahra mengigit bibir bawahnya berusaha tidak mengeluarkan suara saat menangis. Ia sedang tak mau diliat lemah sama Jeffrey untuk sekarang. Dia ingin marah. Dia ingin Jeffrey yang minta maaf duluan karena sudah sok tau dan membentaknya.
Jeffrey berubah. Itu yang zahra pikir. Sosok Jeffrey lembut sekarang sudah tidak ada. Semuanya berubah semenjak mereka masuk universitas. Apa Jeffrey sudah bosan dengan dia ?
Zahra memukul kepalanya sendiri beberapa kali agar pikiran konyol seperti itu langsung hilang. Ia menarik nafas lalu membuangnya. Matanya mendadak menangkap kedai soup buah yang kata Jeffrey akan mampir saat perjalanan pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Met you [Complited]
Short Storyhanya sekedar cerita baru tentang percintaan Jeffrey dan zahra yang sama - sama sudah menginjak universitas dan bukan SMA lagi. Jeffrey yang sudah perfect karena sudah bisa berbicara dan membuatnya jadi idola kampus sementara zahra hanya mahasiswi b...