(jadilah pembaca yang bijak 🌟)
Dibalik sebuah jendela kaca yang berembun. Ku sapukan pandangan kosong pada air hujan yang tak berhenti mengalun. Tetes demi tetes air yang saling bersautan serta semerbak harum tanah yang kian memabukan indra penciuman. Tak kala sang hujan datang, hati ini selalu merasa gelisah, teringat akan masa lalu yang sangat menyesakkan antara aku dan engkau. Saat segala kenangan mulai berputar, menghunus hati menyesakkan rasa.
Saat mata ini mulai memanas, ku teringat akan ragamu yang pernah hadir dalam lara ku. Engkau yang dulu pernah ku cinta, engkau yang dulu pernah ku jadikan tahta bagi hati yang tak lama kosong ini.
Setetes air mata mulai kurasakan kehadiran, mengingatmu memang membutuhkan banyak air mata. Senyum manis yang pernah terukir indah di wajah tampanmu. Sifat humoris yang pernah melekat pada dirimu. Tersenyum dan tertawa pernah aku dan engkau rasa. Walau akhirnya akulah yang menderita. Melihat engkau menjadi orang yang berhasil, aku pun sangat bangga. Namun melihat engkau menjadi sombong karena keberhasilan itu, sungguh aku sangat kecewa.
Semakin lama engkau semakin dikenal dunia. Hingga akhirnya engkau lupa akan adanya hubungan kita. Lantas seperti ini kah definisi cinta? Yang pernah hadir sebagai bahagia pun akan berakhir dengan sia-sia.
Untukmu, yang pernah ku kagumi senyum manismu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandika Cinta (Tamat)
Short Story30 day writting challenge [Update setiap hari] kutuliskan kumpulan rasa dihatiku dalam senandung kata semu tak terucap. kutuliskan segala rasa bahagia dan laraku dalam rangkaian senandika cinta tak bermakna. kutuliskan rangkaian kata tak terbalas da...