(jadilah pembaca yang bijak 🌟)
Hari ini, ku rasa menjadi hari yang sangat tak ku harapkan. Penderitaan, kekecewaan semua mulai berdatangan. Kepergian mu, membawa rasa sedih yang tak dapat tertahankan.
Mungkin, fisik ini dapat tertawa bahagia. Namun, raga ini menangis karena rasa lara. Air mata hanya dapat ku tahan dengan segenap jiwa. Walau duka, selalu datang kapan saja. Hanya saat menyendiri, aku mulai menangis menumpahkan segalanya. Karena ternyata, tak semudah itu menjadi orang yang selalu membawa tawa bahagia.
Lelah, kini sangat ku rasakan keberadaannya. Hari ini, bahkan aku merasa jam berputar dengan sangat lambatnya. Seolah-olah dunia ikut berkata, bahwa aku tak bahagia. Ingin rasanya aku menangis meraung mengungkapkan derita. Ingin rasanya aku bercerita dengan linangan air mata. Namun, sesaat aku tersadar... pada siapa aku bisa bercerita? Pada siapa aku bisa menumpahkan segala emosi yang ada?
Bahkan kini, sosok mu pun telah pergi membawa kenangan kita. Bahkan kini kau pun telah pergi meninggalkan segala janji yang pernah ada. Memang, ucapan manusia tak pernah bisa dipercaya. Kadang kita pun akan terluka, jika kita percaya pada ucapan semu mereka.
Tak ada arti berkata, tak ada arti berjanji. Jika hanya luka yang kau bawa, maka jangan pernah kau datang kemari lagi.
- 15 Mei 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandika Cinta (Tamat)
Short Story30 day writting challenge [Update setiap hari] kutuliskan kumpulan rasa dihatiku dalam senandung kata semu tak terucap. kutuliskan segala rasa bahagia dan laraku dalam rangkaian senandika cinta tak bermakna. kutuliskan rangkaian kata tak terbalas da...