(jadilah pembaca yang bijak 🌟)
Dalam hembusan angin malam, ku terdiam menikmati sejuknya karunia Tuhan. Dalam indahnya bintang-bintang, ku tatap awan yang tak pernah sendirian. Walau ia dalam kegelapan ia selalu bersama bintang dan juga sang rembulan. Walau ia sedang dalam kesedihan ia selalu menjadi tujuan berlabuhnya untuk bintang dan juga bulan.
Dan tak kala aku memikirkan itu semua. Kembali ku ingat tentang rasa yang telah lama menjadi asa. Hadirmu menjadikanku bintang dan juga bulan. Hadirmu menjadikanku berpikir bahwa engkau adalah sang langit malam. Yang akan selalu menjadi tempat tujuan pelabuhan bintang dan bulan. Yang akan selalu menjadi rumah sebagai tempat mereka memancarkan keindahan.
Bersama gelap yang kau bawa, ku hadirkan sebuah lentera berisi cahaya. Bersama luka yang pernah kau rasa, ku hadirkan tawa penawar derita. Jangan pernah kau tanya mengapa dan untuk apa karena jawabanya karena kau adalah orang istimewa.
Bagaikan sebuah rumah,hadirmu adalah sebuah anugerah. Bagaikan sebuah langit, hadirmu adalah sebuah layang yang pernah ku rakit. Dalam sebuah masa sulit untuk menerbangkan semua rasa pahit.
Hingga pada akhirnya, dalam batin aku menjerit, meronta merana merasakan sesak dalam dada. Apa kau tau semua penyebabnya? Semua hanya karena rumahku telah koyak, rasamu telah pudar, dan harapanku telah sirna seketika. Bersama bahagia yang perlahan berubah menjadi rasa lara.
- 08 Mei 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandika Cinta (Tamat)
Short Story30 day writting challenge [Update setiap hari] kutuliskan kumpulan rasa dihatiku dalam senandung kata semu tak terucap. kutuliskan segala rasa bahagia dan laraku dalam rangkaian senandika cinta tak bermakna. kutuliskan rangkaian kata tak terbalas da...