(jadilah pembaca yang bijak 🌟)
Rintik hujan mulai turun membasahi permukaan bumi. Suara gemericik mengalun indah tanpa ada kata henti. Sayup-sayup aku terbawa suasana hati. Yang baru saja ingin merelakan semua mimpi-mimpi.
Angan ku yang tak dapat tersampaikan. Rasa cintaku yang tak bisa ku ungkapkan. Hingga engkau kini pergi, meninggalkan hati yang kini bagaikan sebuah rumah tak bertuan. Gelap, sunyi tak berpenghuni. Sepi, suram bagaikan rasa sendu saat datangnya hujan.
Jika aku harus belajar yang namanya bersabar. Merelakan ini sangat terasa hambar. Hati yang tersakiti bak sebuah kulit yang tertampar. Rasa yang tak terbalas bagaikan luka tanpa memar.
Aku sakit, namun aku rela. Aku terluka, namun aku bersikap baik-baik saja. Berpura-pura, kini menjadi pilihan utama. Agar rasa kecewa tak dapat dilihat oleh alam semesta. Walau aku tahu, tuhan pasti mengerti segalanya. Deritaku, kecewaku, bahkan juga rasa lara yang terus datang hanya untuk menyiksa. Hingga pada akhirnya, aku menyerah tanpa tahu apa-apa.
Tentang cinta? Kurasa semua harus sirna. Karena pada kenyataannya, dirimu telah tiada. Hadirmu kini telah pergi bersama kenangan yang penuh dengan luka. Senyum manis pembawa bahagia. Kini telah hilang dengan terhapusnya tawa diantara kita
-24 Mei 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandika Cinta (Tamat)
Short Story30 day writting challenge [Update setiap hari] kutuliskan kumpulan rasa dihatiku dalam senandung kata semu tak terucap. kutuliskan segala rasa bahagia dan laraku dalam rangkaian senandika cinta tak bermakna. kutuliskan rangkaian kata tak terbalas da...