(jadilah pembaca yang bijak 🌟)
Kini, ku tatapi awan hitam tanpa bintang-bintang. Cahaya matahari yang perlahan mulai hilang, tergantikan oleh sang mendung yang menjadi pertanda hujan kan datang. Sayup-sayup, ku rasakan hembusan angin yang meremang. Menusuk kalbu tanpa ada kabut bayang-bayang.
Tak lama, kudengar gemuruh petir yang semakin membuat hati menjadi luruh. Gemercik air hujan yang perlahan mulai runtuh. Menetes jatuh pada permukaan tanah tak berpeluh. Hingga pada akhirnya, kini aku terdiam dengan hati yang tak teguh.
Bertanya dalam hati, pada hati dan untuk hati yang baru saja tersakiti. Akankah kenangan manis itu masih ingin ku ingat kembali? Akankah rindu dalam hati ini bisa tertahankan lagi? Saat bayang gelap hadir dalam diri ini. Masih mampukah aku bertahan seorang diri.
Nyatanya, kini engkau telah pergi. Bersama mimpi yang pernah ku ukir tinggi. Rasa cinta yang dulu pernah ada, kini hilang tanpa sebuah asa. Cinta yang dulu pernah kurakit sekian lama, kini telah hancur karena engkau telah melupa. Berpura-pura, mungkin engkau telah melakukannya. Hingga pada akhirnya, aku kini tak bahagia. Tawaku telah sirna, bersama dirimu yang pergi dengan berpura-pura.
Aku yang berharap, namun kau tak dapat diharap. Hingga luka kian meratap, pada rasa yang tak dapat hirap.
-18 Mei 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandika Cinta (Tamat)
Короткий рассказ30 day writting challenge [Update setiap hari] kutuliskan kumpulan rasa dihatiku dalam senandung kata semu tak terucap. kutuliskan segala rasa bahagia dan laraku dalam rangkaian senandika cinta tak bermakna. kutuliskan rangkaian kata tak terbalas da...