Still (아직도)

101 23 35
                                    


Aku up lagi nih. Kebetulan, inspirasi lagi encer diotak wkwkwk

Buat kalian yang mungkin suka sama ceritanya, kasih saran ya...

Jangan lupa tinggalin votenya..

Enjoy the story...

"Haruskah aku mencoba untuk bertahan mencintainya?"

Ahra mulai menuruni bis. Ia berjalan cepat menuju tempat ia bekerja. Gadis itu memasuki kantor dan segera masuk kedalam lift untuk mencapai lantai 3. Sesampainya di lantai 3, dengan cepat Ahra memasuki ruangan tempatnya dan Jimin bekerja.

Seperti biasa, ruangan begitu senyap. Pria itu belum tiba. Ahra buru-buru berjalan ke mejanya dan mengetik pidato untuk Jimin di acara promosi produk terbarunya. Kemarin Jimin memberi tahu Seo Gyuna, Sekertaris wakil direktur untuk menyuruh Ahra membuat teks pidato.

Sakit.

Bahkan Jimin tidak mau berbicara dengannya. Ia sampai menyuruh Gyuna untuk memberitahu soal tugas ini kepada Ahra. Awalnya Ahra meringis samar, tak ingin Gyuna tahu rasa sakitnya. Tapi ketika sampai dirumah, semua berbeda. Ia menangis diatas kasurnya sebelum menemui Yebin.

Tangannya telaten dalam mengetik. Ahra adalah gadis yang sangat teliti. Ia pastikan pada teks tersebut tidak ada kesalahan penulisan. Ia tak ingin mengecewakan Jimin. Mengingat posisinya sebagai sekertaris Jimin hanyalah sementara.

"Kau baru menulisnya?" tanya seseorang yang tiba-tiba sudah berdiri disamping meja Ahra.

Itu Jimin.

Ia berbeda.

Bertingkah seakan semuanya tak terjadi.

Sontak Ahra membulatkan matanya karena terkejut. Ia juga hampir jatuh, jika kakinya tidak cepat menahan tubuhnya. Jimin pun mundur karena merasa canggung dengan sikap Ahra yang sama canggungnya.

"Aku mengagetkanmu?" tanya Jimin.

'Itu sudah jelas, kau benar-benar bisa membuatku serangan jantung!' Ahra menghela nafas, "Aniyo, Sajang-nim."

"Mianhae," ucap Jimin lembut.

Ahra memegang telinganya. Apa Jimin barusan meminta maaf padanya? Apa dia tidak salah dengar?

"Kutunggu teks-nya didalam. Masukan teks itu kedalam dokumen ini." ujar Jimin seraya memberikan sebuah map berwarna biru, lalu ia berjalan menuju ruangannya.

Ahra hanya bisa mengangguk. Pikirannya tidak tentu. Memikirkan kenapa Jimin tiba-tiba ramah. Tidak seperti kemarin, ketika Jimin bersikap begitu dingin. Bahkan tadi saja ia baru memikirkan betapa jahatnya pria itu.

Tidak mudah menebak seorang Park Jimin.

Pada awalnya kau berfikir jika Jimin itu pria yang hangat, ramah, dan menyenangkan. Tapi tidak jika sudah mengenalnya lebih jauh. Dia sama sekali tidak mudah ditebak, meski terkadang mampu di perkirakan bagaimana tingkahnya akan muncul.

"Akhirnya ..." ucap Ahra ketika muncul kertas di printer.

Ia segera memasukkan kertas itu kedalam dokumennya dan bangkit untuk menyerahkannya pada Jimin. Gadis itu mulai membuka pintu, dan menampakkan Jimin yang tengah mengutak-atik laptop di meja. Ia nampak begitu fokus dengan peluncuran produk baru ini.

"Sajang-nim. Ini teksnya, aku sudah memasukkannya kedalam dokumen." ucap Ahra sopan.

Jimin mendeham tanpa menoleh.

"Kalau begitu, aku keluar. Aku harus menyiapkan beberapa jadwal rapat anda." Ahra bersiap untuk pergi.

"Ahh ... Sekertaris Do. Aku ingin kopi." ucap Jimin, dan sekali lagi tanpa menoleh.

You're my SERENDIPITY || PJM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang