Morning (아침)

92 22 25
                                    

Welkam bek epribadehhh..

Aku up nih, gatau ide lagi bermunculan wkwk..

Jangan lupa tinggalin voment nyaa..

Enjoy The Story....

"Hah ... Jinjja ..." Ahra terbangun dan memegangi kepalanya yang sedikit berat.

"Aku tidur disini?!"

Matanya meneliti setiap tempat, ini sebuah kamar. Matanya membulat dan segera melihat kearah badannya. Tidak ada satupun yang terlepas. Itu artinya, Jimin tidak menyentuhnya semalam.

Astaga, Ahra sudah berfikir aneh-aneh tentangnya. Seperti biasa ia bangun tidur dengan rambut singa-nya. Ia pun mulai mengecek ponsel yang semalaman berada di sakunya. Padahal ia tahu, itu mungkin bisa berbahaya.

Tapi tiba-tiba pintu terbuka. Mendapati sosok Jimin datang dengan nampan berisi sarapan. Sebenarnya Ahra malu berpenampilan seperti ini dihadapan Jimin. Ia pun memalingkan wajahnya.

"Kenapa?" tanya Jimin lembut seraya menyimpan nampan itu.

"Aku berantakan sekali, bukan?" Ahra mulai menoleh.

Jimin mengelus kepala Ahra, "Tapi seperti inilah kau. Aku bisa bayangkan suatu saat nanti aku akan melihatmu seperti ini setiap hari. Ahra yang apa adanya."

Ahra pun tersenyum. Tentu saja pernyataan Jimin membuatnya merasa tenang. Ia tidak khawatir apa bila Jimin tidak menyukai penampilannya saat ini.

Jimin mulai mengambil nampan berisi oat dengan susu tersebut. Lalu menyuapkannya kearah Ahra. Gadis itukan gila makan, ia tidak mungkin menolak makanan gratis. Melihat itu, Jimin tersenyum.

Ahra diperlakukan seperti bayi.

"Setelah ini, kau mandi. Nanti pelayan ku menyiapkan pakaian untukmu. Hmm ... semalam aku bilang kepada eomma dan appa mu, jika kau bermalam disini. Dan karena kemarin launching produk mendapat respon baik, aku diperbolehkan cuti untuk beberapa hari." jelas Jimin.

Ahra hanya mengangguk-angguk.

"Jadi aku tidak akan bekerja?" tanya Ahra.

"Sebenarnya kau mungkin harus kerja, karena hanya aku yang diizinkan cuti. Tapi aku sudah meminta untuk cutimu juga, kau kan belum pernah ambil cuti?" ujar Jimin.

"Ah ... gomawo," ucap Ahra seraya tersenyum manis.

Setelah sarapan, Jimin membawa kembali nampan dan Ahra segera berjalan kearah kamar mandi. Ahra tidak bisa bohong, Jimin memperlakukannya seperti seorang putri. Ia jadi tidak enak sendiri, sedangkan dirumahnya Jimin diperlakukan hanya sebagai atasan saja.

Begitu memasuki kamar mandi, Ahra tercengang. Kamar mandinya sangatlah luas dan mewah sekali. Jika tiap kamar memiliki kamar mandi seperti ini, tak bisa dibayangkan, berapa uang yang keluar. Ahra pun segera menenggelamkan tubuhnya ke bathup yang sudah berisi air.

Selesai mandi, Ahra mulai meraih handuk dan segera keluar dari kamar mandi. Saat keluar, sudah ada dua pelayan wanita yang berdiri disamping kasur dengan menyiapkan beberapa helai baju untuknya.

"Silahkan, nyonya. Mau pilih yang mana?" tanya salah seorang pelayan.

"Ah ... aku tidak menuntut, pilih yang mana saja. Aku bersedia memakainya, lagi pula aku suka bingung jika disuruh memilih. Semuanya bagus." ujar Ahra.

Sontak pelayan-pelayan tersebut terkejut dengan pernyataan Ahra. Biasanya wanita lain akan lebih menuntut dengan sesuai keinginannya. Tapi Ahra berbeda. Dua pelayan itu tersenyum dan mengangguk kecil.

You're my SERENDIPITY || PJM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang