Tring!
"asoy geboy!" teriak Ali tanpa tahu malu padahal di kelas masih ada guru.
"heh! Tidak sopan amat sih, masih ada saya nih di sini!" omelnya sambil memelorotkan kaca mata dan menatap Ali dengan tatapan sangar.
Ali memasang wajah sok menyesal padahal tangannya yang berada di bawah meja dia gerak gerakan memoncong seperti orang sedang bicara. Bermaksud mengejek omelan sang guru yang berjalan angkuh keluar tanpa mengucap salam karena merasa diledek oleh salah satu anak didiknya.
"kualat sama emak emak aja baru tau rasa lu!" Andin ngomel sambil memukul kepala Ali pakai buku paketnya yang hendak ia masukkan ke tas. Ali mengaduh sambil memutar bola mata malas.
"An pinjem duit lu buru!"
"sabar ngapa"
"buruan! Entar si yayang keburu balik"
"tapi entar elu balik lagi kan?"
"iya bawel amat dah siniin!"
Andin merogoh sakunya, lalu mengeluarkan selembar uang tunai berwarna ungu dan menatapnya dengan tatapan sendu.
"dengan uang yang tersisa saya-"
"halah bacotan mu mbak!" Ali merampas uang si empunya yang sudah mulai drama dengan wajah sok sendunya. Andin menggeram kepingin rasanya menabok mata anak tengil itu. Tapi setelah pikirannya langsung terbsit iklan sprit, alhasil gerah bodi beserta gerah hatinya berangsur angsur lenyap.
"emang udah dijamin dia mau balik sama elu?" Andin menukikan satu alisnya persis peselancar yang sedang naik gunung.
"ya mau lah!" Ali menyentil dahi Andin. Geram, Andin balas menempeleng kepala Ali gegara sebel melihat ekspresi kepedeannya yang sudah menjalar sampai pankreas. Sedang pria itu langsung bersungut sungut sambil mengamankan uang rampasan ke dalam sakunya.
"dah sana lu pergi!" Kibasan tangan Andin ternyata mencolok mata Ali yang sedang terbuka lebar.
"aduh mata gua kecolok An!"
Andin tertawa kejam melihat pria itu sibuk mengucek matanya yang memerah. Ada kesenangan sendiri menyiksa pria ini lahir batin, hohoho.
"dah sana katanya mau nganterin pulang begimana si?"
Nyesss.. sebenernya hati Andin cenat cenut gitu saat menyuruh Ali segera mengantar gadis incarannya. Tapi dia tidak boleh kalah pada perasaan. Kenyataan pahit bahwa Ali adalah sahabat seoroknya ini menampar Andin untuk kembali mengubur perasaannya yang mungkin masih berupa riak air agar tak menjadi gelombang.
"eh iya! Waduh gaswat kalo si yayang balik duluan" Ali lari pontang panting sambil menjiwir sepatu ditangannya.
"woy ntu sepatu kaga dipake?"
Andin mendesis sinis saat melihat pria gila itu kembali masuk ke kelasnya lalu nyengir tak berdosa. "Oh iye hehehe" selesai dengan cengar cengirnya Ali kembali duduk dan memasang sepatunya. Andin geleng geleng.
"najis gua, mau nganter pulang aja ribut bangat lu!"
Selesai dengan sepatunya, dia pun mengupil sebentar lalu memeperkan hasil upilannya ke lantai mati tak berdosa. Andin bergidig ngeri, pria ini benar benar gila. Bahkan saat mengupil pun wajahnya ganteng. Entah Andin yang matanya mulai mengeluarkan conge atau Ali yang gila sudah membuatnya jatuh pada pesonanya yang sialan.
eh gua minta deodorant lu buru!"
Ali berdecak saat melihat Andin justru memandangnya dengan tatapan kosong. Sebal tak mendapat jawaban, Ali bangkit dan memiting leher Andin dengan tangan kanannya. Sedang tangan kirinya dia pakai untuk menarik hidung kecil Andin sampai gadis itu meringis dan menendangi tulang keringnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elephant On Cloud
Teen FictionAku tau semua ucapanmu hanya sekedar mempermainkan aku, tak lebih dan aku pun tak boleh berharap lebih. kau yang agak sinting, sangat menyebalkan, perilakumu, kegilaanmu, semua hal tentangmu, dan hal konyol tentang dunia kita. Membuat aku menyimpulk...