Tante Sultan

318 14 7
                                    

Holaaa aku kembek 😂

Selamat baca yaaa😚

"An, ayo siap siap nak"

"Ha? Mau apa emang Pa?"

"Kita diundang makan bareng di rumah barunya tante kamu"

Andin bersorak. Karena perintah Papanya itulah, sekarang Andin sudah siap dengan dressnya yang terkesan santai dan manis saat dipandang. Kalau diajak makan, tanpa banyak cincong pasti Andin akan menyanggupi. Hitung hitung sebagai hiburan buat hatinya yang kemarin sedikit cenat cenut gara gara Ali. Wkwkwk.

Hanya butuh waktu 20 menit keduanya sampai di depan sebuah rumah megah yang terletak di Perumahan elit di kawasan Jakarta Utara. Omong omong soal rumah besar milik Tantenya dari pihak ayah, suaminya si Tante adalah pemilik restoran dan toko elektronik yang sudah bercabang di berbagai wilayah Jawa Barat. Si Tante sendiri punya butik, bahkan sanggar senam dan toko kue. Jadi tak heran kalau Tantenya suka berpindah dari satu rumah mewah ke rumah lain yang lebih mewah.

Nah, maksud kedatangan Andin dan Papanya tidak lain untuk merayakan kepindahan Tantenya ke rumah barunya tersebut.

Saat kakinya menjejak di lantai, dirinya berdecak kagum melihat interior rumah yang di desain mewah. Catnya didominasi warna emas dengan dua pilar besar yang seakan menyambutnya sebelum masuk ke dalam rumah.

Bener bener Sultan emang tante gua, bisa nih dipalak. Andin cekikikan sendiri memikirkan hal itu.

Tak lama terdengar suara emak emak rempong yang menggema di penjuru ruangan dan langkah kaki yang te gopoh gopoh menghampiri mereka.

"Duh ya ampun! Selamat datang ya di gubuk Tant yang berantakan" Ujarnya merendah.

Andin mengeluh dalam hati. Rumah udah kaya gedongan aja ngakunya gubug, lah gimana rumah gua anjir!

"Ah kebiasaan" ujar Ardi diselingi tawa. Tante Heni, panggil aja begitu, ikut tertawa dengan anggun.

"Masuk sini Di, kalo mau minum ambil aja di kulkas ya" Tante Heni berujar dengan riang seolah jadi manusia paling bahagia sedunia.

Papa Ardi melangkah masuk lalu Tante Heni hendak menutup pintu lagi seolah melupakan keberadaan satu kutu kasur di depan pintu rumahnya yang mewah. "An ngga di suruh masuk Tan?"

Seakan baru teringat kedua kakak beradik itu tepok jidat. Tante Heni langsung merangkul bahu Andin sambil cengengesan. "Maaf sayang, Tante lupa" Andin hanya memutar matanya dengan malas.

Iya Andin memang pelupa, bahkan saking pelupanya Andin juga suka dilupakan. (Tuh sampe dibolt sama authornya:v) kemarin dilupakan Ali, sekarang dengan Papa dan Tantenya sendiri. Rasanya ia ingin tenggelam di kubangan saja kalau begini terus.

"Mpok, aku mau ke kamar mandi" ujar Ardi. Tante Heni menangkup kedua tangannya di depan dada sambil tersenyum lebar. Tidak tahu apa maksud senyumnya itu. Andin merasa ngeri takut bibirnya sobek saking lebarnya senyum Tante Heni.

"Boleh boleh boleh!" Setelah berkata triple boleh dengan siangnya, Tante Heni seperti mencari cari seseorang, tak lama muncul lah seorang pembantu melintas di dekat mereka sambil membawa kemoceng.

Sontak Tante Heni menepuk tangannya 3 kali. Prok prok prok. Andin bingung. Otaknya berpikir, oh! saking Sultannya Tante Heni, pembantu yang lewat aja di kasih keprokan ya. Hebat. Gitu isi pikirannya.
Andin ikut ikutan menepuk tangannya 3 kali. Habis itu dia ditatap heran oleh Tantenya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Elephant On CloudTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang